Pertanyaan:

Salam sukses selalu Mas Ariyanto,

Perkenalkan nama saya Yopi, seorang karyawan swasta yang ditugaskan di Lampung. Saya adalah salah satu penggemar buku “Modal Dengkul, Untung Sebakul”. Sungguh sebuah buku yang sangat inspiratif sehingga memacu semangat saya untuk segera do action!

Ada beberapa hal yang saya ingin tanyakan yang sudi kiranya Mas Ari dapat menolong saya yaitu mengenai:

1.    Dengan kondisi saya berada di Lampung bisnis franchise apa yang paling tepat saya jalankan ?
2.    Dengan dana 10 juta apakah lebih baik saya mencoba buka usaha sendiri ataukah mengambil jalur aman lewat jalur waralaba?
3.    Apabila segmentasi pasar yang saya incar adalah hampir semua kalangan kira-kira waralaba seperti apa yang paling tepat untuk dipilih dengan kondisi saya menyukai waralaba makanan/minuman.
 
Demikian pertanyaan yang ingin saya tanyakan kepada Mas Ari. Saya ucapkan terima-kasih semoga Mas Ari bertambah sukses di masa depan.
 
Wassalam

Yopi  Oktavianus, Lampung
(zoviok_2004@yahoo.com)

Jawaban:

Salam sukses juga Mas Yopi….!!!

Syukur deh kalau buku saya bermanfaat bagi Anda dan semoga juga banyak memberikan manfaat buat seluruh masyarakat Indonesia.  Saya akan jawab pertanyaan Anda ya.
1. Bisnis franchiseapa yang paling tepat dijalankan dengan posisi berada di Lampung?
Dalam konsep bisnis modal dengkul, sebetulnya di mana pun Anda bisa menjalankan bisnis apa saja yang Anda inginkan. Karena konsep yang pakai adalah menciptakan kebutuhan dan bukan sekedar memenuhi kebutuhan.  Banyak contoh bisnis-bisnis waralaba lokal (yang diawali dari daerah) dan itu semua diawali dengan menciptakan kebutuhan.
Jadi menurut saya, ciptakan saja sebuah produk lokal dan bahkan bisa juga dari makanan tradisional setempat, kemudian berikan nilai lebih dari produk tersebut secara kreatif dan inovatif. Kita bisa ambil contoh betapa “dahsyat”-nya sebuah singkong. Sudah berpuluh-puluh tahun dan bahkan mungkin ratusan  tahun lalu singkong jadi makanan sehari-hari orang pedesaan dan boleh dikategorikan makanan sederhana yang harganya sangat murah dan mudah didapat. Yah, tentu saja kalau kita hanya berjualan singkong rebus atau singkong goreng dan dijual di depan rumah dengan menaruhnya dipiring maka keuntungan yang didapatkan jelas sangat kecil. Tapi, jika kemudian singkong itu diolah secara kreatif dan inovatif, menjadi krispi singkong, singkong goreng rasa moka, kripik singkong rasa sapi, dll. Ini bisa menaikkan nilai jual 10 kali lipat. Dan, tentu saja jenis makanan yang sederhana ini bisa jadi makanan mahal dan berkelas.
Nah, untuk mendukung hal tersebut perlu didukung dengan kemasan yang bagus dan brand yang kuat. Saya rasa hal tersebut tidak sulit dilakukan. Jadi, cari saja produk-produk makanan tradisional di daerah Lampung dan kemudian berikan sentuhan “nilai tambah” terhadap produk tersebut.

2. Dengan uang 10 juta, lebih baik buka usaha sendiri atau menjadi mitra usaha waralaba?
Uang 10 juta sudah lebih dari cukup untuk memulai usaha, baik itu membuka usaha mandiri maupun bergabung menjadi mitra waralaba perusahaan lain. Memang, salah satu cara untuk mempercepat perkembangan usaha adalah dengan menerapkan pola usaha waralaba. Maksud saya Anda suatu saat harus memiliki usaha yang di waralabakan, karena dengan cara ini Anda akan memiliki potensi penghasilan 10 x lipat dibandingkan membuka usaha secara konvensional.
Untuk tahap awal saran saya, pecah saja modal Anda menjadi dua. Yang 5 juta gunakan untuk merintis usaha sendiri (yang suatu saat nanti direncanakan menjadi bisnis waralaba) dan yang 5 juta.., cobalah Anda bergabung ke salah satu perusahaan waralaba. Jadi, dalam hal ini Anda akan memiliki 2 jenis usaha . Yang satu Anda mengelola sendiri dan yang kedua Anda bergabung menjadi mitra usaha waralaba orang lain. Ini perlu saya sampaikan karena, jika Anda terburu-buru langsung membuka usaha waralaba, tanpa mempelajari seluk beluk bisnis waralaba dengan segala problematikanya maka yang akan terjadi adalah bisnis Anda akan cepat booming dan sekaligus cepat jatuh. Ini yang sebetulnya harus dihindari. Cukup banyak pengusaha yang sangat ”terburu-buru” membuka usaha dengan konsep waralaba—sangat ekspansif membuka outlet-outlet baru—tapi ternyata tidak diimbangi dengan kemampuan pengelolaan yang baik, ya…, akhirnya bisnis-bisnis waralaba seperti itu hanya akan hidup “seumur jagung”. Saya tidak ingin Anda mengalami hal itu.
Siapkan saja sejak awal bahwa bisnis Anda adalah bisnis waralaba. Namun, jangan diterapkan terlebih dulu sebelum Anda siap dan menguasai seluk beluknya. Oleh karena itu, saya sarankan Anda untuk menggunakan modal yang 5 juta untuk bergabung menjadi mitra usaha waralaba lain agar Anda bisa belajar dari situ. Jika gagal? No Problem! Anggap saja uang yang sudah Anda keluarkan sebagai biaya “pelatihan” bagi Anda dan saya yakin ilmu yang Anda dapat jauh lebih mahal daripada uang 5 juta yang sudah Anda keluarkan. Berarti bangkrut dong? Enggak! Karena Anda masih punya satu lagi usaha yang Anda kelola sendiri. Nah, pelajaran dari bergabung sebagai mitra waralaba itulah yang bisa Anda gunakan sebagai modal untuk membangun bisnis waralaba sendiri.

3. Waralaba apa yang memiliki segmentasi luas?
Salah satu cara paling praktis agar bisnis bisa langsung jalan dengan cash flow harian adalah membuka usaha yang berkaitan dengan kebutuhan pokok manusia yaitu makanan. Yah, waralaba jenis makanan lah yang memiliki potensi paling besar untuk sukses dan dengan margin keuntungan yang cukup besar (bisa 40-100% dari modal).
Nah, sekarang Anda harus pecah lagi, makanan jenis apa yang disukai oleh berbagai kalangan seperti anak-anak, orang dewasa, dan orang-orang tua. Dan kemudian Anda jaga harus mempertimbangkan lagi  bahwa jenis makanan tersebut selain disukai semua kalangan juga bisa dinikmati kapan saja orang mau (pagi, siang, atau malam). Hal-hal itulah yang harus Anda cermati Mas Yopi.
Jadi, silakan Anda bikin check list jenis-jenis makanan kemudian Anda pilih berdasarkan kriteria tersebut. Kalau boleh saya kasih contoh, jenis-jenis makanan yang memiliki segmentasi luas adalah mi ayam, bakso, nasi goreng, es teler, dan masih banyak lagi.