trans
06/04/2015

#terusmenjadi Media Kita Group

 

trans

Empat belas tahun lalu, kami menempati sebuah rumah mungil di kawasan Bintaro. Hanya dengan sebuah rumah bertipe 45 m2. Hanya dengan 2 orang karyawan. Hanya dengan bekal komputer bekas, tanpa meja, tanpa kursi. Kami melawan apa itu yang namanya lelah, apa itu yang namanya putus asa, dan kami melawan semua yang akan membuat kami tunduk dan meringkuk.

Mulanya, hanya bermodal semangat menggebu dari para founder di kelompok penerbit ini untuk mewujudkan apa yang kami impikan. Tentu tak mudah kami melewatinya. Kini, 14 tahun berlalu. Kami telah menjelma menjadi sebuah kelompok penerbit yang diperhitungkan di dunia perbukuan di Indonesia. Dari 2 karyawan menjadi ribuan karyawan. Dari 45 meter persegi menjadi beribu-ribu meter persegi. Dari hanya satu penerbit, menjadi puluhan penerbit. Meskipun demikian, kami tidak boleh terus menoleh ke belakang. Kadang romantisme memang manis untuk dikenang. Tapi kami sadar tantangan di depan tidak boleh disepelekan.

Kini, sudah banyak perubahan pada peta perbukuan di Tanah Air. Tantangan terjal memang menghadang kami para pegiat di dunia perbukuan. Bukan saja kompetisi yang semakin tinggi, bukan saja terjadinya perubahan perilaku dan selera konsumen, tetapi juga perubahan pada sistem dan infrastruktur dalam memasarkan buku. Lihatlah bagaimana pola baca generasi sekarang yang lebih akrab dengan dunia online. Lihatlah, bagaimana mudahnya kita sekarang mengakses informasi lewat internet. Lihatlah, bagaimana gadget dalam genggaman bisa menjadi sebuah media informasi sekaligus hiburan. Lihatlah, bagaimana media sosial mengobrak-abrik tatanan teori pemasaran yang ada. Itulah realitas yang kami hadapi sekarang. Meskipun demikian, kami tak akan mengutuk kegelapan. Kami memilih untuk menyalakan api untuk mencari pintu keluar. Bagi kami, itu semua bukan ancaman, melainkan tantangan yang harus dihadapi. Bisnis di perbukuan bukan semata-mata bisnis buku secara fisik. Bisnis di dunia perbukuan adalah bisnis konten, informasi, dan kreativitas. Selama api kreativitas tetap menyala dalam diri kami dan kami selalu peka membaca kebutuhan konsumen, bisnis ini akan tetap berjalan. Mengutip sebuah kata bijak dari sang petinju legendaris Muhammad Ali, “Tiadanya keyakinan lah yang akan membuat orang takut menghadapi tantangan, dan saya percaya pada diri saya sendiri”.

Setahun lalu, lahir kelompok-kelompok baru di bawah Kelompok besar AgroMedia. Salah satunya MediaKita Group. Munculnya kelompok ini antara lain untuk menghadapi tantangan dan menyikapi persoalan yang berkembang di lapangan. Persoalan yang akan selalu muncul dan rentan perubahan dalam sebuah bisnis perbukuan. Saat ini, MediaKita Group terdiri atas 6 penerbit, yaitu mediakita, AnakKita, TransMedia Pustaka, Demedia, Indonesia Tera, dan Gradien Mediatama. Sebagai sebuah kelompok penerbit yang relatif baru, kami tentunya punya mimpi yang besar. Kami punya semangat untuk terus membawa kelompok ini menjadi yang terbaik dan terdepan. Kami berharap, apa yang sudah dilakukan oleh para founder di Kelompok AgroMedia ketika membangun bisnis ini menular pada kami. Kami memimpikan MediaKita Group terus berkembang, dari enam menjadi belasan, puluhan, bahkan melebihi dari sang induk, Kelompok AgroMedia. Kami mendambakan untuk bisa menjadi kelompok penerbit besar yang mampu menjawab setiap perubahan dan tantangan.

Kami, tak ingin berhenti…karena kami ingin #terusmenjadi.

Selamat ulang tahun ke-14 Kelompok AgroMedia.
Salam hangat dari kami, MediaKita Group!

sadar-baru-1
27/03/2015

sadar-baru-1

Dalam rangka menyambut ulang tahun Jurusan Administrasi Bisnis (Fakultas Komunikasi dan Bisnis), Telkom University Bandung mengundang Adjie Silarus untuk mengisi seminar tentang mindfulness. Penulis buku Sadar Penuh Hadir Utuh ini pun dengan senang hati berbagi tip untuk menerapkan mindfulness agar para mahasiswa lebih fokus belajar.

Tema yang sekilas terlihat sederhana ini ternyata menggali berbagai permasalahan yang umum dihadapi mahasiswa. Mulai dari tugas yang menumpuk, kisah asmara yang tak mulus, hingga permasalahan keluarga. Belum lagi, kegelisahan untuk menentukan langkah berikut setelah lulus kuliah.

Semua permasalahan tersebut tentu saja sangat menyita pikiran. Akibatnya, konsentrasi melemah dan produktivitas pun menurun. Solusinya? Hanya satu: mindfulness. Dengan menerapkan mindfulness, masalah yang kita alami mungkin tidak serta-merta selesai secara instan. Tapi setidaknya, kita bisa menyelaraskan pikiran dan perasaan agar lebih tenang menghadapi masalah tersebut.

Pada seminar yang berlangsung Rabu, 25 Maret 2015 ini, Adjie mengajak para peserta yang hadir untuk berlatih mindfulness. Menurutnya, manusia selama ini terlalu dipenuhi kegiatan yang menuntut mereka untuk terus berpikir, tetapi mereka lupa menyisakan ruang untuk merasa. Padahal, kemampuan berpikir bisa digantikan oleh mesin dan komputer. Tapi kemampuan untuk merasa, hanya manusia yang punya.

Dalam bukunya Sadar Penuh Hadir Utuh, Adjie menekankan bahwa mindfulness penting untuk memusatkan fokus dan mengatasi stres. Dengan demikian, hidup akan terasa lebih nyaman dan produktivitas pun otomatis meningkat.

sadar-baru-2

sadar-baru-3

money
27/03/2015

“Uang itu untuk digunakan dan dihabiskan.
Bukan untuk ditahan dan disisakan.”
-Ahmad Gozali-

Mengelola keuangan memang perkara yang memusingkan. Orang selalu memikirkan bagaimana caranya agar pendapatan bisa mencukupi pengeluaran. Tapi yang terjadi, sering kali gaji habis sebelum waktunya. Masih pertengahan bulan, sudah mengharapkan gaji berikutnya.

Kalau diminta untuk menyisakan gaji, rasanya tertekan sekali. Jangankan sisa, cukup saja sudah bagus. Begitulah dalih orang-orang. Akibatnya, uang hanya seperti numpang lewat. Bahkan setelah naik gaji sekalipun, tetap saja habis juga tak bersisa. Berarti, di mana letak permasalahannya?

Kunci utamanya adalah mengubah pola pikir untuk “menyisakan gaji” menjadi “menghabiskan gaji”. Kalau memang ujung-ujungnya habis juga, lebih baik habiskan di jalan yang benar, bukan? Caranya, utamakan pengeluaran sosial, cicilan dan utang, tabungan dan investasi, baru kemudian gunakan selebihnya untuk biaya hidup.

Sayangnya, banyak sekali orang dengan pola pikir sebaliknya. Mereka lebih mengutamakan biaya hidup, lalu tabungan dan investasi, kemudian cicilan dan utang. Untuk pengeluaran sosial? Sering kali terabaikan. Mereka menganggap pengeluaran ini tidak terlalu penting karena merasa bukan kewajiban.

Padahal, pengeluaran sosial ini hukumnya wajib dibayar. Risikonya memang tidak kelihatan, tetapi ini merupakan bentuk rasa syukur kita kepada Sang Pemberi Rezeki. Manfaatnya? Jelas ada. Dengan memberikan sedikit bagian dari penghasilan untuk disumbangkan, kita akan lebih merasa berkecukupan.

Banyak manfaat yang bisa kita ambil dari pengeluaran sosial. Pengeluaran sosial juga bisa berarti investasi kita untuk masa depan. Tidak hanya itu, pengeluaran sosial membuat kita merasa memiliki mental orang kaya dan tidak pernah merasa miskin. Artinya, dengan selalu memberi, kita bukan hanya beramal, tetapi juga mengingatkan diri sendiri bahwa banyak orang yang tidak seberuntung kita.

Dalam bukunya yang berjudul Habiskan Saja Gajimu, Ahmad Gozali menyebut pengeluaran sosial sebagai “Bisnis dengan Tuhan”. Ini adalah bentuk bisnis yang paling menguntungkan. Kita mendapat tugas untuk mengirimkan 2,5% kepada orang yang membutuhkan dan bayaran yang kita peroleh adalah sisa dari 2,5% yang sudah diberikan Tuhan. Sangat menguntungkan, bukan?

Sebagaimana bisnis yang berjalan, kalau kita mengerjakan tugas dengan baik maka bisnis akan terus berkelanjutan, atau bahkan ada kenaikan pemasukan tambahan. Masih ingin tawar-menawar dengan Tuhan?


habiskan-saja-gajimuBuku Habiskan Saja Gajimu karya Ahmad Gozali akan mengajak Anda menghabiskan uang dengan cara menyenangkan, mengubah kebiasaan menyakitkan dengan menyisakan uang di akhir bulan. Ayo, habiskan gaji di jalan yang benar.

 

 

 

Sumber gambar: www.flickr.com/photos/68751915@N05/6870882811/

happy
27/03/2015

“Banyak orang yang terlalu sibuk mengejar kesukseskan,
tapi tak punya cukup waktu untuk merasakan kebahagiaan.”
-Adjie Silarus-

Banyak orang mengeluh tentang kehidupan, masalah kebahagiaan. Sudah memiliki segala yang diinginkan tapi tetap saja merasa tidak senang. Selalu saja merasa ada yang kurang. Begitulah manusia, menginginkan banyak hal yang kadang tidak benar-benar kita butuhkan. Berharap bahagia akan datang setelah kita memiliki segalanya, tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Sebenarnya, persoalan bahagia itu sederhana. Kuncinya ada di rasa syukur. Kita hanya perlu benar-benar mengerti apa yang kita butuhkan dan apa yang tidak. Lalu, meresapi dalam hati untuk menikmati dan mensyukuri yang sudah kita miliki. Hal itulah yang ditulis Adjie Silarus dalam buku Sadar Penuh Hadir Utuh. Melalui bukunya ini, Adjie mengungkapkan cara menciptakan bahagia melalui hal sederhana yang kita punya.

Ketika terjebak dalam kesibukan, waktu seakan tak pernah cukup sehingga sering kali kita lupa untuk diam sejenak dan bersyukur. Alhasil, kita selalu ingin mencari sesuatu yang lebih dan mengabaikan apa yang ada. Hidup rasanya dipenuhi tekanan dan bahagia pun hanya menjadi angan-angan.

Oleh karena itu, Adjie mengajak kita untuk menciptakan bahagia dengan kesederhanaan. Karena sesungguhnya kesederhanaan itu memberikan kebebasan sehingga hidup kita bebas dari beban. Jadi, mari kita mulai nikmati hal-hal kecil di sekeliling kita.


sadar-penuh-hadir-utuhAdjie Silarus mengajak kita untuk mulai mencipta—bukan mencari—kebahagiaan. Ia menjabarkan bahwa kebahagiaan bisa muncul dari hal-hal yang sederhana. Pastikan setelah menutup halaman terakhir buku Sadar Penuh Hadir Utuh, kita jadi manusia yang lebih bersyukur dan bahagia.

 

 

 

 

Sumber gambar: www.flickr.com/photos/camdiluv/4441155157/

sadar1
26/03/2015

Masa lalu sudah berlalu,
masa depan tidak ada yang tahu.
Rayakanlah hidup di sini, saat ini.

Setiap akhir pekan, Radio Rase 102.3 FM Bandung menyiarkan program Weekend Favorite yang mengulas soal gaya hidup. Pekan ini, giliran Adjie Silarus yang berkesempatan untuk berbagi tentang bukunya, Sadar Penuh Hadir Utuh.

Buku ini hadir karena Adjie ingin menyebarkan pentingnya menerapkan gaya hidup sehat yang bebas dari stres. Mengapa buku ini diberi judul Sadar Penuh Hadir Utuh? Karena, sering kali raga kita hadir, tetapi pikiran kita mengembara ke mana-mana—kadang ke masa lalu, kadang ke masa depan.

Pada sesi rekaman yang berlangsung Selasa, 24 Maret 2015 kemarin, Adjie mengungkapkan bahwa orang yang berlatih mindfulness—kesatuan raga dan pikiran—cenderung lebih tenang dan bahagia. Pasalnya, orang-orang ini lebih menghargai keindahan pada hal-hal sederhana. Mereka juga bisa berdamai dengan masa lalu sehingga bebas dari kenangan-kenangan yang mengganggu.

Di dalam bukunya ini, Adjie mengupas tuntas tentang mindfulness agar kita bisa lebih bahagia dengan merayakan hidup. Buku Sadar Penuh Hadir Utuh seakan menemani kita melakukan perjalanan ke dalam diri sendiri. Mulai dari membentuk persepsi, mengubah kebiasaan, hingga menjaga perasaan—semua itu merupakan kunci utama untuk mencapai hidup yang lebih baik.

Ingin tahu lebih lanjut tentang sesi talkshow dengan Adjie Silarus di Radio Rase? Nantikan siarannya Sabtu, 28 Maret 2015 pukul 16.00-18.00 di Rase 102.3 FM Bandung.

sadar2

sadar3

02/03/2015

Menyampaikan pesan bersamaan dengan rasa, seringkali tidak cukup hanya dengan kata-kata. Jika ditambahkan media lain, salah satunya lewat gambar yang tepat, akan lebih menyawai kalimat yang ingin kita ungkapkan. TransMedia Pustaka menantang kamampuanmu untuk menyawai kalimat-kalimat dari buku Adjie Silarus dengan media gambar. Aktifkan kamera lalu tangkap objek di sekitarmu untuk mendukung visualisasi kalimat yang akan TransMedia Pustaka tayangkan.

Read More

ibu-anak
23/02/2015

“Tangis kesakitan anak saya adalah rajam terpedih untuk saya. Jika diperkenankan Tuhan, biarlah saya yang menanggung penyakit itu. Jangan anak saya! Saya takut dia tidak sanggup bertahan”.

Bagitulah tanggapan dan permintaan seorang ibu saat mengetahui bahwa anaknya mengidap penyakit kelainan jantung bawaan.

Ya, seorang ibu—sosok yang melahirkan dan melindungi, serta selalu mendukung meski anaknya melakukan banyak kesalahan—rela mengorbankan atau menukarkan dirinya demi sang anak.

Meski sosok ibu terlihat tegar dan tangguh, sesungguhnya ia memiliki banyak ketakutan. Seperti contoh pada cerita tadi, seorang ibu takut penyakit berbahaya menyerang anaknya.

Tentu, semua orangtua akan takut jika anaknya terserang penyakit berbahaya. Namun, bagi ibu—yang melahirkan dan mengasuhnya—ketakutan itu terasa lebih besar. Rasa cemas memikirkan kondisi kesehatan sang anak menyita pikirannya. Seolah sebagian jiwanya ikut merasakan sakit jika sang anak tak berdaya.

Pertanyaan, “Bagaimana jika anakku tak mampu bertahan?” Atau, “Adakah harapan bagi anakku untuk bisa melewati semua ini?” tentu kerap hadir dalam pikiran ibu. Membuatnya semakin “dihantui” rasa takut.

Itulah sebenar-benarnya perasaan seorang ibu. Setinggi itulah sosok ibu menyayangi kita. Sebesar itulah sosok ibu ingin berkorban demi kesembuhan kita.

Bagi seorang ibu, tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat sang anak tersenyum dan dijauhkan dari segala penyakit. Lantas, bagaimana dengan kita—anaknya?


dia-yg-kupanggil-ibuDia yang Kupanggil Ibu karya Ade Wulan berisi untaian kisah tentang kehebatan ibu. Kisah-kisah tersebut begitu menyentuh perasaan. Menyadarkan kita akan arti penting seorang ibu.

beli

 

 

 

 

Sumber gambar: www.flickr.com/photos/paul_everett82/5507628295/

cerita-cinta-mommy-dalam
18/02/2015

Menghadapi anak dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi memang tidak mudah. Salah memberikan penjelasan sedikit saja, bisa berakibat fatal. Apalagi bagi para orangtua—khususnya ibu—yang bekerja, dibutuhkan cara kreatif dalam mengasuh dan mendidik anak agar ia tetap mendapatkan yang terbaik.

cerita-cinta-mommy-dalam

Menghadapi anak dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi memang tidak mudah. Salah memberikan penjelasan sedikit saja, bisa berakibat fatal. Apalagi bagi para orangtua—khususnya ibu—yang bekerja, dibutuhkan cara kreatif dalam mengasuh dan mendidik anak agar ia tetap mendapatkan yang terbaik.

Hal itulah yang Nuning Widowati terapkan pada kEnt—jagoan kecilnya. Meski Nuning juga berperan sebagai wanita karier, ia tetap bisa mengasuh dan mendidik kEnt tanpa perlu meninggalkan pekerjaannya.

Ya, keterampilan dalam berkomunikasi antara orangtua dan anak menjadi jawaban dari eratnya hubungan Nuning dan kEnt. Dengan penyampaian yang sederhana dan mudah dipahami, Nuning membuat cara mengasuh dan mendidik anak menjadi lebih hidup.

Misalnya saja dengan menuliskan kata-kata penyemangat kepada anak dengan colorful sticky notes. Sticky notes atau post it notes merupakan kertas warna-warni dengan ukuran kecil dan biasanya digunakan untuk mencatatat poin penting, pesan singkat, atau catatan kegiatan yang akan atau sudah dilakukan.

Bagi Nuning, kertas cantik ini juga bisa menjadi sarana untuk menyampaikan pesan atau ide kepada anak. Media tulis ini akan sangat menarik perhatian mereka. Pesan yang ditulis bisa berupa pengingat jadwal les, kedisiplinan, pesan orangtua ke anak, pesan motivasi atau penyemangat, pesan pujian dari achievement atau pencapaian buah hati, atau pesan rencana kegiatan.

Jika mereka happy dan antusias, mereka akan melakukannya pesan-pesan tersebut dengan sepenuh hati. Tidak hanya itu, ada kalanya orangtua dan anak pun harus membaca pesan tersebut bersama-sama dengan loudly atau keras. Kalau sudah terbiasa, anak-anak akan selalu rindu tulisan kita—para orangtua.


cerita-cinta-mommyCerita Cinta Mommy karya Nuning Widowati bukan sekadar tulisan tentang bagaimana cara mengasuh dan mendidik anak. Lebih dari itu, melalui buku ini kita—para orangtua—ditantang untuk mencoba dan menerapkan keterampilan komunikasi yang kita miliki dalam mengasuh dan mendidik buah hati.

beli

mindfulness
03/02/2015

Dewasa ini rasanya sulit sekali menghindari stres. Tapi, jika dikelola dengan benar, stres justru dapat membantu kita untuk hidup dengan lebih tenang. Mengapa begitu? Karena, dapat dikatakan, stres merupakan “alarm” untuk mengingatkan bahwa ada yang salah dengan cara kita menggunakan badan dan pikiran kita.

Mungkin kita kurang bijak mengatur waktu. Mungkin kita terlalu memaksakan otak untuk melakukan tugas di luar kapasitasnya. Mungkin kita membuat badan kita bekerja dan tak memberinya kesempatan untuk beristirahat. Jadi, jika stres mulai melanda, hanya satu obatnya: terapkan mindfulness.

Banyak yang beranggapan bahwa meditasi dan mindfulness merupakan aktivitas “mengosongkan pikiran”. Padahal, sebenarnya mindfulness justru merupakan latihan yang membuat kita sadar akan keberadaan kita di sini, saat ini. Jadi, pikiran kita tidak melayang ke mana-mana, tetapi lebih fokus kepada hal-hal yang merupakan prioritas.

Inilah yang diterapkan oleh Adjie Silarus, praktisi mindfulness lulusan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta. Dalam berbagai seminarnya, dia selalu mengungkapkan pentingnya keselarasan tubuh dan pikiran. Pendiri Sukhacitta ini juga menyampaikan bahwa mindfulness dapat membantu kita menciptakan kebahagiaan, serta mengubah sepi menjadi damai dan tenang.

Jika kita sudah mampu menerapkan mindfulness dengan baik, dijamin kita juga dapat mengelola rasa gelisah, depresi, maupun stres. Kualitas hidup dan produktivitas kerja pun meningkat. Untuk itu, Adjie Silarus akan segera meluncurkan buku terbarunya yang berjudul Sadar Penuh, Hadir Utuh. Dengah hadirnya buku ini, diharapkan “virus” mindfulness semakin luas tersebar sehingga lebih banyak orang dapat menciptakan kebahagiaan masing-masing.

 

Foto oleh: unsplash.com (Jeff Sheldon)

You can also sellect color codes via admin theme options

That is some options to demo for you.

X