sadar-ptpn
27/05/2015

Setiap orang pasti memiliki kebiasaan buruk yang ingin dihilangkan, tetapi kebanyakan mengalami kesulitan untuk melakukannya. Karena itu, Adjie Silarus dalam bukunya yang berjudul Sadar Penuh Hadir Utuh, mengupas khusus soal mengubah kebiasaan.

Pada talkshow yang disiarkan di PTPN 99.6 FM Surakarta, 10 Mei 2015 lalu, ia berbagi trik untuk latihan membentuk kebiasaan baru. Pertama, pilih satu kegiatan baru yang bukan kebiasaan Anda—dan sangat mudah dilakukan. Misalnya, makan satu buah saat sarapan.

Kedua, pilih satu hal yang memicu Anda melakukan kegiatan baru, seperti untuk tidak pernah melewatkan sarapan. Ini otomatis akan “melekat” dengan kegiatan di langkah pertama. Ketiga, buatlah komitmen. Jika Anda punya target, mungkin Anda bisa sampaikan ke orang terdekat sehingga Anda memiliki tanggung jawab untuk melaksanakannya.

Keempat, tetapkan pengingat. Bisa dengan menempelkan post it atau memasang alarm. Kelima, fokus untuk mulai melakukan kebiasaan baru setiap hari. Jangan bayangkan bahwa kebiasaan baru itu sulit dilakukan. Misalnya untuk membiasakan lari pagi, bayangkan saya Anda memakai sepatu, pakaian lari, dan melangkah keluar pintu. Jangan bayangkan dulu proses berlari yang melelahkan.

Keenam, laporkan setiap hari. Baik Anda berhasil ataupun gagal, tetap laporkan perkembangan kebiasaan Anda kepada orang-orang yang Anda pilih pada langkah ketiga. Misalnya, hari ini Anda laporan telah berhasil makan satu buah saat sarapan. Kemudian keesokan paginya Anda laporkan bahwa Anda gagal karena kebetulan sedang teburu-buru ke kantor.

Dengan terbangunnya kebiasaan-kebiasaan baik, lambat laun kebiasaan buruk Anda pun bisa berkurang dengan sendirinya. Hidup Anda pun akan terasa lebih nyaman karena dikelilingi energi positif dari kebiasaan-kebiasaan baru yang menyegarkan.

sadar-swaragama2
19/05/2015

Percayakah Anda bahwa dewasa ini, angka kematian akibat bunuh diri bahkan jauh lebih besar daripada akibat perang dan bencana alam? Hal ini tentu sangat memprihatinkan, mengingat bahwa nyawa manusia sangat berharga. Sudah tentu bahwa siapa pun ingin dicintai. Tapi sebelum mengharapkan orang lain mencintai kita, alangkah baiknya jika kita terlebih dulu belajar mencintai diri sendiri. Dengan begitu kita akan lebih dapat menghargai hidup ini.

 

Percayakah Anda bahwa dewasa ini, angka kematian akibat bunuh diri bahkan jauh lebih besar daripada akibat perang dan bencana alam? Hal ini tentu sangat memprihatinkan, mengingat bahwa nyawa manusia sangat berharga. Sudah tentu bahwa siapa pun ingin dicintai. Tapi sebelum mengharapkan orang lain mencintai kita, alangkah baiknya jika kita terlebih dulu belajar mencintai diri sendiri. Dengan begitu kita akan lebih dapat menghargai hidup ini.

Pada talkshow di Swaragama 101.7 FM Yogyakarta, 10 Mei 2015 silam, Adjie Silarus menyampaikan bahwa mencintai diri sendiri bisa sesederhana tidak meminum air es ketika sedang batuk. Atau, meminum segelas air putih ketika baru bangun tidur. Intinya, tanamkanlah kebiasaan positif dari hal yang paling sederhana. Kebiasaan-kebiasaan kecil ini lambat laun akan membentuk kita menjadi manusia yang menyayangi diri sendiri.

Penulis buku Sadar Penuh Hadir Utuh ini juga mengungkapkan bahwa kita sering melupakan indahnya merasa. Karena pengalaman masa lalu yang pahit, kemampuan diri untuk merasakan sesuatu jadi menumpul. Kita menutup hati serta membiarkannya mengeras dan terkunci. Padahal, masih banyak pengalaman lain yang menyenangkan, tetapi kita lupakan karena terlalu fokus pada hal-hal yang buruk.

Oleh karena itu, Adjie mengajak kita untuk menyadari bahwa kita merupakan bagian dari alam semesta yang penuh cinta tak terhingga. Bukalah hati untuk mencintai diri sendiri, agar kemudian hati itu bisa berbagi kasih dengan orang-orang di sekitar.

yoga-fest2
29/04/2015

Pernah dengar istilah “the power of mind” atau “kekuatan pikiran”? Sebagai makhluk hidup yang dianugerahi akal sehat, manusia didorong oleh energi pada pikirannya. Jadi, konon sugesti positif akan melahirkan kenyataan yang baik; begitu pula sugesti negatif akan melahirkan kenyataan yang mengecewakan. Karena itulah banyak motivator yang menekankan pentingnya untuk selalu positive thinking atau berpikiran positif.

Pernah dengar istilah “the power of mind” atau “kekuatan pikiran”? Sebagai makhluk hidup yang dianugerahi akal sehat, manusia didorong oleh energi pada pikirannya. Jadi, konon sugesti positif akan melahirkan kenyataan yang baik; begitu pula sugesti negatif akan melahirkan kenyataan yang mengecewakan. Karena itulah banyak motivator yang menekankan pentingnya untuk selalu positive thinking atau berpikiran positif.

Namun, Adjie Silarus punya pendapat yang sedikit berbeda. Ketika mengisi salah satu sesi pada Yoga Festival di Taman Menteng, 25 April 2015 silam, dia mengungkapkan bahwa yang terpenting bukanlah berpikir positif, melainkan berpikir apa adanya. Karena dengan begitu, artinya kita sudah mencapai ilmu yang tertinggi, yaitu ilmu menerima.

Pada sesi yang bertajuk “Beautiful Mind” ini, Adjie memberi contoh. Misalkan seseorang diomeli oleh atasannya. Orang yang berpikir negatif mungkin akan merasa down. Orang yang berpikir positif mungkin akan berkata, “Tidak, aku tidak diomeli. Bosku hanya memberi saran. Cara bicaranya saja yang membuatnya terkesan mengomel, padahal tidak.”

yoga-fest4

Tapi orang yang berpikir apa adanya akan berkata, “Iya, aku memang diomeli. Aku memang berbuat salah. Sekarang, apa yang harus aku lakukan untuk memperbaiki kesalahan ini?” Dari perbandingan ini dapat dilihat bahwa orang yang berpikir apa adanya memiliki kemampuan untuk menerima masalah dengan baik, lalu fokus pada solusinya. Tidak larut dalam kegundahan, juga tidak berusaha menyangkal keadaan yang tidak mengenakkan.

Kisah inspiratif lainnya tentang mengelola pikiran dapat Anda temukan dalam buku Adjie Silarus yang berjudul Sadar Penuh Hadir Utuh. Di dalamnya, Adjie mengupas cara-cara sederhana untuk mencapai mindfulness atau keselarasan jiwa dan raga. Sehingga, pikiran kita akan menggerakkan kita menuju arah kehidupan yang lebih baik.

happy
27/03/2015

“Banyak orang yang terlalu sibuk mengejar kesukseskan,
tapi tak punya cukup waktu untuk merasakan kebahagiaan.”
-Adjie Silarus-

Banyak orang mengeluh tentang kehidupan, masalah kebahagiaan. Sudah memiliki segala yang diinginkan tapi tetap saja merasa tidak senang. Selalu saja merasa ada yang kurang. Begitulah manusia, menginginkan banyak hal yang kadang tidak benar-benar kita butuhkan. Berharap bahagia akan datang setelah kita memiliki segalanya, tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Sebenarnya, persoalan bahagia itu sederhana. Kuncinya ada di rasa syukur. Kita hanya perlu benar-benar mengerti apa yang kita butuhkan dan apa yang tidak. Lalu, meresapi dalam hati untuk menikmati dan mensyukuri yang sudah kita miliki. Hal itulah yang ditulis Adjie Silarus dalam buku Sadar Penuh Hadir Utuh. Melalui bukunya ini, Adjie mengungkapkan cara menciptakan bahagia melalui hal sederhana yang kita punya.

Ketika terjebak dalam kesibukan, waktu seakan tak pernah cukup sehingga sering kali kita lupa untuk diam sejenak dan bersyukur. Alhasil, kita selalu ingin mencari sesuatu yang lebih dan mengabaikan apa yang ada. Hidup rasanya dipenuhi tekanan dan bahagia pun hanya menjadi angan-angan.

Oleh karena itu, Adjie mengajak kita untuk menciptakan bahagia dengan kesederhanaan. Karena sesungguhnya kesederhanaan itu memberikan kebebasan sehingga hidup kita bebas dari beban. Jadi, mari kita mulai nikmati hal-hal kecil di sekeliling kita.


sadar-penuh-hadir-utuhAdjie Silarus mengajak kita untuk mulai mencipta—bukan mencari—kebahagiaan. Ia menjabarkan bahwa kebahagiaan bisa muncul dari hal-hal yang sederhana. Pastikan setelah menutup halaman terakhir buku Sadar Penuh Hadir Utuh, kita jadi manusia yang lebih bersyukur dan bahagia.

 

 

 

 

Sumber gambar: www.flickr.com/photos/camdiluv/4441155157/

mindfulness
03/02/2015

Dewasa ini rasanya sulit sekali menghindari stres. Tapi, jika dikelola dengan benar, stres justru dapat membantu kita untuk hidup dengan lebih tenang. Mengapa begitu? Karena, dapat dikatakan, stres merupakan “alarm” untuk mengingatkan bahwa ada yang salah dengan cara kita menggunakan badan dan pikiran kita.

Mungkin kita kurang bijak mengatur waktu. Mungkin kita terlalu memaksakan otak untuk melakukan tugas di luar kapasitasnya. Mungkin kita membuat badan kita bekerja dan tak memberinya kesempatan untuk beristirahat. Jadi, jika stres mulai melanda, hanya satu obatnya: terapkan mindfulness.

Banyak yang beranggapan bahwa meditasi dan mindfulness merupakan aktivitas “mengosongkan pikiran”. Padahal, sebenarnya mindfulness justru merupakan latihan yang membuat kita sadar akan keberadaan kita di sini, saat ini. Jadi, pikiran kita tidak melayang ke mana-mana, tetapi lebih fokus kepada hal-hal yang merupakan prioritas.

Inilah yang diterapkan oleh Adjie Silarus, praktisi mindfulness lulusan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta. Dalam berbagai seminarnya, dia selalu mengungkapkan pentingnya keselarasan tubuh dan pikiran. Pendiri Sukhacitta ini juga menyampaikan bahwa mindfulness dapat membantu kita menciptakan kebahagiaan, serta mengubah sepi menjadi damai dan tenang.

Jika kita sudah mampu menerapkan mindfulness dengan baik, dijamin kita juga dapat mengelola rasa gelisah, depresi, maupun stres. Kualitas hidup dan produktivitas kerja pun meningkat. Untuk itu, Adjie Silarus akan segera meluncurkan buku terbarunya yang berjudul Sadar Penuh, Hadir Utuh. Dengah hadirnya buku ini, diharapkan “virus” mindfulness semakin luas tersebar sehingga lebih banyak orang dapat menciptakan kebahagiaan masing-masing.

 

Foto oleh: unsplash.com (Jeff Sheldon)

You can also sellect color codes via admin theme options

That is some options to demo for you.

X