kegagalan
13/01/2015

“Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.” Pepatah lawas ini selalu menjadi motivasi tersendiri bagi mereka yang dihadang berbagai persoalan, terutama menyangkut mimpi-mimpi besar yang belum terwujud—mulai dari jenjang karier, pendidikan, keluarga, hingga urusan percintaan.

Orang-orang kreatif biasanya sudah tahu, celah apa saja yang harus dipersiapkan untuk menghadapi kegagalan. Mereka yang terus mencoba hal baru dan berupaya menghadapi tantangan cenderung akan menemukan jalan sendiri menuju kesuksesan dibandingkan mereka yang menyerah dan terpuruk pasrah begitu saja. Memang, kesuksesan tidak bisa didapatkan begitu saja. Wajar jika ada hambatan dan kerikil-kerikil tajam yang akan menghadang.

Steve Jobs, misalnya, memandang bahwa pemecatan yang dilakukan terhadap dirinya di Apple sebagai obat mujarab untuk meraih kesuksesan. Jika tidak kuat mental, mungkin dia sudah frustrasi dan berhenti berkreasi. Tetapi passion memanggilnya untuk lebih kreatif lagi saat ia membuat perusahaan NeXT dan Pixar. Kedua perusahaan tersebut kemudian sukses, melambungkan kembali namanya yang sempat terpuruk. NeXT dipatenkan Apple dan membawa Steve kembali ke sana, sedangkan Pixar menjadi perusahaan animasi paling sukses usai meluncurkan film animasi pertamanya, Toy Story.

Kisah tentang kebangkitan Steve Jobs setelah dipecat dari Apple terus menjadi inspirasi jutaan orang di seluruh dunia. Bagaimana cara ia menghadapi kegagalan, lalu membuka kembali ruang kreatif dengan cara berinovasi dan berani tampil beda.

Perusahaan raksasa internet sekaliber Google juga tak pernah luput dari kegagalan. Ada beberapa daftar produknya yang tidak diterima publik dan bisa dikatakan gagal total. Sebut saja Google Buzz, Google Health, Jaiku, Google Wave, Google Reader, dan sebagainya. Mereka kemudian menyiasatinya dengan mengembangkan produk tersebut ke dalam beberapa versi agar secara bersamaan dapat menerima masukan dan kritikan dari publik.

Gagal itu menyakitkan, iya. Mimpi yang sudah dicita-citakan gagal terwujud, jelas membuat Anda kecewa. Tetapi menurut Jeff Hawkins, yang terpenting adalah jangan menganggap bahwa semua kegagalan itu terletak pada diri Anda. Teruslah terpacu untuk bangkit dan mencoba lagi dan lagi. Semakin banyak kegagalan yang dialami, semakin banyak pengalaman-pengalaman baru yang didapatkan.


what i wishUsia 20 tahunan adalah usia unggul seseorang untuk melangkah menggapai segala impian. Di usia ini, segala keputusan seseorang akan menentukan nasibnya di masa depan.

Tina Seelig adalah seorang penulis dengan pengalaman menakjubkan di bidang inovasi dan kewirausahaan. Melalui bukunya yang berjudul “What I Wish I Knew when I Was 20”, ia memaparkan banyak hal tentang kesuksesan, cara bangkit dari keterpurukan, dan inovasi-inovasi baru.

Buku ini juga disertai contoh-contoh menarik yang bisa membawa Anda untuk lebih termotivasi lagi menggapai impian.

 

 

Sumber foto: https://flic.kr/p/dwWHw5

KG-AKBER 2
29/12/2014

Sudah lebih dari 40 kelas yang pernah diadakan oleh Gerakan Akademi Berbagi Jogja selama tahun 2014. Akademi berbagi atau lebih sering disebut AKBER ini merupakan salah satu gerakan yang selalu ingin berbagi informasi kepada masyarakat umum, khususnya anak muda. Konsistensi menjadi senjata pamungkas dari gerakan ini. Dengan slogan “berbagi bikin happy, AKBER Jogja terus melebarkan sayapnya dan ingin terus dan selalu berbagi.

Di penghujung tahun 2014 ini, Ghani Kunto diberi kesempatan untuk menjadi pembicara dan pengajar di kelas AKBER. Acara yang dimulai pukul 19.00 dan diadakan di Gedung GraPARI Telkomsel Jogja tersebut dihadiri tidak kurang dari 50 anak muda. Hanya satu tujuan Ghani, yaitu BERBAGI INFORMASI MENGENAI YOUTH MARKETING KEPADA ANAK MUDA. Dengan begitu, mereka akan sadar bahwa mereka adalah pasar paling potensial di Indonesia yang dapat mengembangkan suatu brand.
Ghani Kunto memulai obrolan malam itu dengan pertanyaan sederhana, Brand itu apa, sih? Apa sih contoh brand terkenal itu?”

KG-AKBER 1Pertanyaan sederhana ini ternyata mendapatkan respons dan sedikit mengundang tawa dari peserta. Tentunya bukan karena pertanyaan yang disampaikan. Tapi, karena mereka menyebutkan nama-nama brand terkenal secara bersamaan. Dan, terdapat 1 brand mi instan terkenal (sahabat mahasiswa) yang disebutkan oleh hampir seluruh peserta. Aktif dan menarik, kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan suasana kelas AKBER pada malam itu.

Tidak hanya tulisan dan slide presentasi, Ghani pun menampilkan materi secara aktif, yaitu menghadirkan beberapa video yang berhubungan dengan brand suatu produk terkenal. Pada acara tersebut, Ghani Kunto—penulis dari buku Youth Marketing (TransMedia Pustaka) berhasil menjadi pusat perhatian anak muda melalui strategi youth marketing yang disampaikannya.

GK4
29/12/2014

“Suara anak muda selalu menjadi sesuatu yang menarik untuk di dengar.”
Ghani Kunto

Kamis, 18 Desember 2014, Ghani Kunto—penulis buku Youth Marketing (TransMedia Pustaka) dikejutkan dengan kehadiran beberapa mahasiswa dari Universitas Islam Indonesia (UII). Bukan 1 atau 2 orang, tetapi ada 7 mahasiswa yang datang mengunjungi Ghani di pagi itu.

Meski terlihat malu-malu, kelompok mahasiswa ini tidak dapat menutupi antusiasme mereka pada tema obrolan. Banyak pertanyaan seputar youth marketing yang mereka sampaikan. Mulai dari karakter konsumen, memilih brand, hingga persiapan untuk masuk ke dunia marketing. Mereka tidak segan mengungkapkan pendapat dan berbagi cerita seputar marketing kepada Ghani.

Obrolan santai yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam ini diakhiri dengan book signings dan foto bersama. Pertemuan tersebut memang memberikan banyak makna, terutama bagi Ghani Kunto yang mendapat kesempatan berhadapan langsung dengan pembacanya.

gk5

KG-SWARAGAMA
29/12/2014

“Youth marketing menjadi salah satu strategi marketing kreatif yang dapat dipraktikkan oleh anak muda”.

Saat ini banyak anak muda yang berlomba-lomba untuk memiliki usaha. Fashion, kuliner, hingga usaha yang bergerak di bidang jasa menjadi pilihan menarik bagi mereka. Strategi dan berbagai jenis promosi tidak ragu untuk mereka lakukan. Tapi, ada satu hal yang sering luput dari perhatian mereka, yaitu target pasar.

Karena itulah, Ghani Kunto mengulas strategi pemasaran dengan memancing suara anak muda melalui bukunya yang berjudul Youth Marketing. Di dalamnya diulas lengkap tentang mengoptimalkan brand, memahami pasar anak muda, hingga cara jitu menarik fans.

Rabu, 17 Desember 2014, Ghani Kunto bertandang ke radio Swaragama FM Jogja. Dalam program acara Sunset Drive, Ghani mengupas strategi youth marketing yang ia paparkan di dalam bukunya. Meski tema yang dibahas terlihat serius, acara obrolan sore itu berlangsung dengan santai dan diselingi canda.

Di akhir acara, pendengar pun diberi kesempatan untuk bertanya. Dari 15 pertanyaan yang diterima, terdapat satu pertanyaan yang mungkin banyak dialami oleh pengusaha muda, “Mengapa usaha kuliner yang saya jalani tidak dapat berkembang maksimal seperti tempat usaha lain yang ada di Jogja. Padahal menu yang kami sajikan tidak kalah nikmat. Harganya pun cocok dengan kantong mahasiswa Jogja”.

Buku Youth Marketing tidak hanya dapat menjawab pertanyaan tersebut. Tapi, buku ini akan sangat membantu pelaku usaha untuk mendapatkan segmen pasar yang paling strategis di Indonesia—segmen anak muda.

GK2
29/12/2014

“Youth Marketing mampu menarik perhatian segmen pasar yang paling potensial
di Indonesia, segmen anak muda.”

Strategi marketing memang selalu menjadi tema obrolan yang menyenangkan. Bukan hanya bagi pelaku bisnis tapi dunia marketing pun mampu menarik perhatian anak muda. Jordan, penyiar muda ini pun tidak menyia-nyiakan kehadiran Ghani Kunto pada Rabu 17 Desember 2014, di radio RRI Pro 2 FM Jogja. Pada pertemuan malam itu, Jordan tidak segan untuk menunjukkan ketertarikannya dengan cara mengungkapkan pertanyaan dan pendapat mengenai strategi marketing.

Ghani Kunto, penulis buku Youth Marketing (TransMedia Pustaka) mendapat kesempatan untuk menyapa dan berbagi informasi kepada pembaca melalui program acara Book Review. Acara yang dimulai pada pukul 20.00 tersebut mengundang banyak perhatian dari pendengar. Salah satunya melalui pertanyaan yang disampaikan melalui SMS dan telepon.

Pertanyaan seputar brand, strategi promosi, hingga cara mendapatkan pelanggan diterima oleh Ghani. Ada satu pertanyaan sederhana yang menarik perhatian, “Apa yang harus kita lakukan ketika brand atau ide kita diambil oleh pesaing?” Pertanyaan ini sepertinya mampu mewakili isi hati atau permasalahan yang dialami oleh pendengar lainnya.

Dengan lugas, Ghani pun menjawab, “Kita hanya perlu merangkul pesaing tersebut. Jadikan mereka sebagai “rekan” yang dapat mempromosikan brand kita”. Selama acara berlangsung, tidak kurang dari 15 pertanyaan dengan tema berbeda telah Ghani jawab. Dengan fasih, Ghani pun memberikan penjelasan tentang target pasar anak muda, branding tanpa beriklan, hingga memotivasi fans untuk menyebarkan brand.

Penyampaian materi yang dikemas santai dan mudah dimengerti oleh semua kalangan menjadikan buku Youth Marketing tidak hanya menarik untuk dibaca. Tapi, anak muda yang berperan sebagai pelaku bisnis pun dapat mempraktikkannya.

GK1
29/12/2014

Saat ini anak muda menjadi salah satu target pasar yang paling potensial di Indonesia. Hal inilah yang membuat Ghani Kunto atau sering disapa Mas Ghani, penulis dari bukuYouth Marketing (TransMedia Pustaka) memperkenalkan strategi marketing yang dapat menjaring target pasar tersebut.

Tidak kurang dari 1.000 peserta hadir di aula Gedung Multipurpose, Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta pada Rabu 17 Desember 2014 pukul 11.00–12.30. Bukan untuk bertemu artis atau mengikuti kelas perkuliahan, tetapi mereka hadir untuk ikut serta dalam acara Pesta Wirausaha Mahasiswa Nasional Jogja 2014. Pada acara inilah, Ghani Kunto menjadi salah satu pembicara yang menyampaikan informasi mengenai youth marketing.

Suasana seminar terlihat meriah karena terjadi interaksi antara Ghani dan peserta seminar. Di sela pembahasannya, Ghani pun menyampaikan satu pertanyaan sederhana, “Apakah semua brand harus memanfaatkan media iklan untuk mempromosikan produknya?” Sebagian besar peserta terlihat berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut.

KG-UIN 2Menurut Ghani, saat ini banyak perusahaan besar yang terlalu mengandalkan iklan. Padahal, iklan yang mereka gunakan tidak tepat sasaran. Tapi, ada pula beberapa perusahaan yang memilih menggunakan iklan dan mengarahkannya ke pasar anak muda. Salah satunya adalah Coca-cola. Brand terkenal ini terbukti berhasil menguasai sebagian besar pasar anak muda.

Interaksi yang terjadi antara Ghani Kunto dan peserta seminar pun semakin aktif. Peserta seminar terlihat semakin antusias ketika Ghani menyampaikan materi serta beberapa contoh kasus yang berkaitan dengan branding tanpa beriklan dan fans yang menciptakan branding.

Di akhir acara, Ghani pun berharap mereka yang ingin membuka atau sedang menjalankan usahanya dapat lebih memerhatikan fans dan target pasar. Karena fans menjadi salah satu kunci sukses untuk mempertahankan dan mengembangkan usaha.

mandarin
09/12/2014

Selasa, 2 Desember 2014—Pusat Sumber Belajar (PSB) Universitas Negeri Jakarta mengadakan seminar dan bedah buku. Dari 4 judul buku yang disertakan di dalamnya, salah satunya yaitu 30 Hari Belajar Bahasa Mandarin dengan Mudah dan Lancar yang diterbitkan oleh TransMedia Pustaka. Bertempat di Gedung Dewi Sartika, Ruang Maftuchah Yusuf Lt. 2, acara ini berlangsung dari pukul 14.00–15.00.

Acara ini dipandu oleh Bapak Muchlas Suseno, M.Pd. selaku moderator, dan didukung oleh dua orang pembedah buku, yaitu Ibu Nita Madonna Sulanti, M.A. dan Sagitarius Rizkiyah. Keduanya menyampaikan pendapat, kritik, dan saran untuk buku tersebut. Kemudian, peserta yang hadir pun diberi kesempatan untuk bertanya sehingga tercipta diskusi yang interaktif. Obrolan singkat dan sederhana ini mampu memberikan banyak ilmu dan manfaat.

diana-thumb
01/12/2014

Mendekati pasar anak muda memang tidak mudah. Kita harus mengetahui kehidupan mereka, mulai dari perilaku, kebiasaan, apa yang mereka sukai, dan termasuk menyelami lingkungan sosial mereka. Jika kita sudah menguasai semua itu, pasar anak muda akan mudah diraih.

Salah satu aspek yang dapat kita masuki adalah kehidupan sosial mereka. Kini mereka tengah menggandrungi beragam media sosial, sebut saja Twitter, Instagram, dan Path. Hampir semua anak muda memiliki semua platform media sosial tersebut. Mereka menggunakannya untuk bersosialisasi dan menjaga eksistensi diri.

Dari kegunaannya yang hampir 24/7 itu, banyak pemasar yang melihat potensi media sosial sebagai tempat mempromosikan produk. Akun media sosial dibuat sebagai toko online. Berbagai pancingan untuk menarik pasar anak muda pun dihadirkan. Di sinilah konsep youth marketing mulai digunakan.

Konsep youth marketing dapat digunakan dalam beragam platform, terutama Instagram. Kini sudah sangat banyak toko online yang menjual produknya melalui Instagram. Para penjual tersebut bukanlah sebuah toko yang sudah sukses dan hanya ingin meraih eksistensi dengan membuat akun Instagram. Kebanyakan dari penjual tersebut adalah anak muda dengan produksi skala kecil dan menengah. Jika penjualan mereka telah berhasil, dibuatlah website, baik sebagai e-commerce atau hanya “etalase” online saja tanpa ada transaksi dalam website-nya. Lalu bagaimana mereka bisa bertahan di tengah banyaknya penjual lain?

Mereka menggunakan konsep youth marketing, yaitu dengan cara mengambil hati anak muda. Dengan riset yang cukup tajam, mereka dapat menciptakan produk sesuai dengan target yang dibidik. Untungnya si produsen sendiri adalah anak muda—tentunya menjadi cukup mudah untuk memainkan pasar yang sesuai dengan usianya. Setelah produk hadir, dibangunlah karakter brand yang cukup kuat dan dekat dengan anak muda.

Kita dapat mengambil contoh seorang fashion blogger terkenal, Diana Rikasari. Ia dapat mengetahui pasar fashion untuk perempuan dengan menyasar kepada alas kaki yang digunakan. Ia tahu perempuan ingin gaya dengan sepatu hak tinggi, tetapi tetap nyaman dipakai. Maka, Diana mengambil wedges atau sepatu berhak tinggi yang tebal sebagai produk andalannya. Dibandingkan high heels, tentu penampilan wedges akan kalah jika dilihat dari sisi kecantikan dan keseksian bentuknya. Dari fakta tersebut, Diana menciptakan wedges dengan desain yang unik dan personal. Ia tahu bahwa setiap perempuan ingin memiliki benda yang tidak sama dengan orang lain.

Berangkat dari konsep youth marketing itulah Diana mengembangkan usahanya. Ia memiliki website e-commerce dan juga akun Instagram khusus produk sepatu wedges-nya. Setelah konsumen puas, ia secara tidak langsung akan “pamer” dalam akun Instagram itu dengan menyertakan brand dari sepatu tersebut. Pemasaran melalui testimoni dimulai. Dan, konsep youth marketing tanpa iklan pun berhasil dijalankan.


youth-marketingTidak mudah memahami pasar anak muda. Hal itu yang menarik minat Ghani Kunto untuk membuat buku yang berjudul Youth Marketing. Berbagai trik untuk mengoptimalkan strategi marketing dengan memancing suara anak muda hadir dalam buku ini.

Mimesis-thumb
28/11/2014

Anda pernah mendengar istilah “mimesis”? Mimesis adalah proses meniru yang terdapat dalam diri manusia untuk mengembangkan kehidupan. Proses ini adalah alamiah, karena sejak lahir pun, kita sudah diajarkan untuk meniru apa yang dilakukan oleh orangtua. Jika manusia bisa melakukan mimesis, adakah produk yang merupakan hasil mimesis?

Jawabannya adalah banyak sekali produk zaman sekarang yang merupakan hasil mimesis. Ada produk yang sangat meniru, ada pula produk yang menganut strategi ATM atau Amati Tiru Modifikasi. Produk dengan strategi ATM banyak sekali contohnya di sekitar kita. Bisa dilihat pada lagu-lagu yang beredar saat ini.

Banyak penyanyi yang mengaku lagu ciptaannya adalah yang pertama dan orisinal. Namun, ada pula penyanyi yang mengaku lagu ciptaannya telah dijiplak oleh penyanyi lain. Ketika dilayangkan protes oleh empunya lagu, si penjiplak berdalih bahwa lagu yang ia ciptakan terinspirasi dari lagu yang telah ada. Jika seperti ini, si empunya lagu bebas memilih untuk tetap melayangkan protes melalui jalur hukum, atau justru berpikir positif karena ternyata lagu yang ia ciptakan sangat menginspirasi orang lain.

Kasus di atas sebenarnya dapat dicegah dengan tidak menggunakan proses mimesis seutuhnya. Jika pencipta lagu menggunakan metode design thinking, mungkin ia akan terbebas dari gugatan pemilik lagu sebelumnya dan juga pendengar lagu. Metode design thinking ini cukup luas untuk digunakan oleh berbagai kalangan. Tidak hanya pencipta lagu saja, para manajer dan pebisnis pun dapat menggunakan metode ini.

Design thinking adalah cara berpikir yang rinci dan tidak konvensional. Misalnya, ketika pencipta lagu tadi diberikan tugas oleh produser untuk membuat lagu bertema patah hati. Jika berpikir dengan metode konvensional, si pencipta lagu akan membuat lagu dengan cerita dua orang yang sedang memadu kasih lalu harus putus di tengah jalan karena dilarang orangtua. Padahal, jika berpikir dengan metode design thinking, si pencipta lagu bisa memilih cerita yang lebih kreatif daripada itu.

Dengan tema patah hati, dapat diurai ke dalam beberapa pertanyaan. Misalnya, bagaimana patah hati bisa terjadi? Apakah patah hati hanya terjadi pada pasangan? Jika tidak, bisakah terjadi dengan orangtua? Atau, dengan atasan di tempat si tokoh bekerja? Dari semua pertanyaan tersebut, dapat ditarik menjadi sebuah ide lagu yang lebih menarik dari pemikiran konvensional. Bisa saja lagu itu bercerita tentang seseorang yang patah hati karena tidak jadi dipromosikan oleh atasannya di kantor.

Semua pertanyaan tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa ide lagu cemerlang yang tidak perlu menggunakan mimesis dan mencegah hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Proses design thinking akan efektif jika ada action atau langkah nyata yang harus kita wujudkan.


mencuri-kreativitas-desainerMetode design thinking ini dapat Anda temukan dalam buku Mencuri Kreativitas Desainer karya Raul Renanda. Buku ini mengulas bagaimana cara berpikir dan bertindak seperti seorang desainer untuk inovasi dan pengembangan diri.

youth-marketing
24/11/2014

Youth marketing bisa dikatakan sebagai teknik pendekatan bisnis yang sama sekali berbeda dan juga sulit. Karena, youth marketing adalah merombak budaya perusahaan, bukan mengganti taktik atau menyesuaikan strategi. Sekitar 95% dari pesan marketing perusahaan jarang diperhatikan oleh anak muda.

Percaya atau tidak, pasar dengan target anak muda kini memegang peranan yang cukup besar dalam perekonomian. Seiring dengan perkembangan zaman, anak muda mampu menciptakan pasarnya sendiri. Oleh karena itu, banyak pengusaha yang mencoba masuk ke pasar anak muda dan mempraktikkan teknik pemasaran yang dinamakan youth marketing.

Youth marketing bisa dikatakan sebagai teknik pendekatan bisnis yang sama sekali berbeda dan juga sulit. Karena, youth marketing adalah merombak budaya perusahaan, bukan mengganti taktik atau menyesuaikan strategi. Pendekatan semakin sulit karena sekitar 95% dari pesan marketing perusahaan jarang diperhatikan oleh anak muda. Mereka hanya memedulikan apa kata teman. Maka berkembanglah produk secara word of mouth melalui media sosial di kalangan anak muda.

Salah satu bentuk youth marketing yang sedang berkembang saat ini adalah fenomena Pasar Santa. Pasar Santa yang dahulu sepi pengunjung, kini telah ramai oleh sekumpulan anak muda. Bagi pengunjung, keberadaan Pasar Santa telah memberikan tempat nongkrong baru selain mal. Ya, sejak beberapa anak muda membuka usahanya di Pasar Santa, pasar itu kini menjadi fenomenal—bukan hanya di kalangan anak muda, tetapi juga di kalangan keluarga.

Berawal dari Hendri Kurniawan dan Ve Handojo yang membuka gerai kopi ABCD (A Bunch of Caffeine Dealers) di lantai 1 Pasar Santa. Sebenarnya, ABCD sudah berada di pasar sejak dua tahun yang lalu. Namun sang pemilik hanya memanfaatkan gerainya untuk tempat latihan membuat kopi bersama teman-temannya. Baru sekitar bulan puasa lalu mereka membuka ABCD untuk umum. Uniknya, mereka tidak menetapkan tarif. Alasannya karena biji-biji kopi unggulan yang ABCD miliki didapat gratis dari rekan-rekan mereka di berbagai negara. ABCD pun menaruh stoples untuk menaruh tip secara sukarela.

Kehadiran ABCD ternyata membawa efek yang luar biasa bagi pengusaha muda lainnya. Teman-teman Hendri dan Ve tertarik untuk membuka toko di lantai 1 Pasar Santa sehingga sekitar 350 kios ludes terjual. Harga sewa kios Rp3,5 juta per tahun pun menciptakan daya tarik tersendiri bagi para pengusaha muda. Mereka dapat menjual produk lebih murah daripada di mal.

Beragam makanan dan minuman unik dan otentik dijual di sana. Mulai dari taco, mi karet, kopi Aceh, kue sus es krim, sampai kue cubit green tea pun tersedia untuk pengunjung. Tidak hanya gerai makanan saja, berbagai toko yang menjual barang vintage seperti piringan hitam, poster, jaket, dan lainnya juga hadir membawa warna baru dalam Pasar Santa.

Para pengusaha itu memasarkan produk mereka dengan teknik youth marketing. Mereka mendekati dan mencari tahu apa yang diinginkan dan apa yang akan menjadi tren dalam kehidupan anak muda. Pendekatan melalui media sosial digencarkan dan berimbas kepada citra Pasar Santa yang kini menjadi tempat nongkrong anak muda.

Jadi, dengan adanya Pasar Santa, medium pemasaran secara tidak langsung pun terjadi. Melalui segelas kopi dan sebongkah piringan hitam, para pengusaha muda ini dengan mudah menjaring target dan menciptakan “pasar” di dalam pasar.


Tidak mudah memahami pasar anak muda. Hal itu yang menarik minat Ghani Kunto untuk membuat buku yang berjudul Youth Marketing. Berbagai trik untuk mengoptimalkan strategi marketing dengan memancing suara anak muda hadir dalam buku ini.

24/11/2014

“Daripada mengutuki kegelapan, lebih baik ambil sebatang lilin dan nyalakan.”

Hal pertama yang perlu diubah adalah pola pikir. Karena, pola pikir merupakan kumpulan keyakinan, sikap, harapan, identitas, nilai, kebiasaan, keputusan, dan pendapat. Pola pikir yang salah bisa saja terbentuk karena terbiasa mengalami pengulangan hal itu secara terus-menerus.

Mungkin kita pernah atau bahkan sedang menjalani sebuah fase hidup yang kurang baik. Merasa minder, rendah diri, nggak pede, mungkin karena kawan berkhianat, sulit mendapat pasangan, jadi bahan ejekan, atau karena penyebab lainnya. Terkadang, kita juga sudah punya ide atau gagasan keren, tetapi nggak berani mengekseskusi karena khawatir orang-orang menganggap ide kita buruk.

Keep calm. Kamu hanya perlu yakin. Yakinlah bahwa setiap orang terlahir istimewa, termasuk kamu.

Hal pertama yang perlu diubah adalah pola pikir. Karena, pola pikir merupakan kumpulan keyakinan, sikap, harapan, identitas, nilai, kebiasaan, keputusan, dan pendapat. Pola pikir yang salah bisa saja terbentuk karena terbiasa mengalami pengulangan hal itu secara terus-menerus.

Misalnya, saat kamu sudah belajar matian-matian, bekerja keras, juga banyak berdoa, tetapi nilai akademik tidak juga membaik, akan terlintas pikiran, “Gue emang nggak bisa sepintar orang lain. Udah ah, nggak usah rajin-rajin amat, toh nilai gue juga nggak akan naik.”

Nah, pola pikir seperti itu yang mesti diubah. Kamu bisa! Menyurutkan usaha bukanlah jalan terbaik. Ingat, setiap individu itu istimewa. Perasaan minder atau nggak pede sesungguhnya hanya sebuah kondisi ketika kamu yang sebenarnya terperangkap dalam pola pikir yang salah.

Selain mengubah pola pikir, tak kalah pentingnya adalah mengubah persepsi. Persepsi sering kali malah menuntun kita pada jurang pesimis yang tak berkesudahan. Seperti sebuah ungkapan, “Kamu boleh bersedih karena mawar memiliki duri. Tapi, kamu pun bisa berbahagia karena duri memiliki mawar.”

Mau bersedih atau berbahagia? Kamu bisa putar knop persepsimu.

Apabila pola pikir dan persepsi sudah direvolusi, sudah saatnya menentukan passion yang hendak kamu jalani. Passion adalah energi luar biasa yang kita miliki saat melakukan sesuatu sehingga membuat kita melakukannya dengan bersemangat. Fokuslah pada kekuatan yang kamu miliki dan konsisten dalam menjalaninya. Cintai apa yang kamu lakukan, dan lakukan apa yang kamu cintai!

Perubahan pola pikir, perubahan persepsi, juga sadar akan passion-mu akan membawamu kepada Self Revolution, yaitu sebentuk kesadaran akan perubahan. Karena perubahan terbaik adalah perubahan yang berasal dari kesadaran diri sendiri.


Buku berjudul Self Revolution yang ditulis oleh Achmad Faisal ini bisa menjadi titik penyemangatmu dalam menjalani revolusi diri menuju masa depan yang lebih baik. Self Revolution bisa mengubah kelemahan diri untuk menemukan cinta, pasangan hidup, potensi, dan kesuksesan karier.

24/11/2014

Jika Anda perempuan dan bekerja, pilih mana, karier atau keluarga? Atau pilih keduanya, seperti yang dipilih oleh Fibriyani Elastria dan Christine Lerin, penulis buku Stiletto in Action? Kedua penulis ini ingin menunjukkan bukti bahwa perempuan bisa memiliki segalanya: karier yang sukses dan keluarga yang bahagia.

Jika Anda perempuan dan bekerja, pilih mana, karier atau keluarga? Atau pilih keduanya, seperti yang dipilih oleh Fibriyani Elastria dan Christine Lerin, penulis buku Stiletto in Action? Di dalam bukunya, kedua penulis ini ingin menunjukkan bukti bahwa perempuan bisa memiliki segalanya: karier yang sukses dan keluarga yang bahagia.

Fibriyani Elastria, seorang yang berlatar pendidikan arsitektur dari sebuah perguruang tinggi negeri nomor wahid yang berlokasi di Bandung, berkeyakinan bahwa modal nama besar almamater dan nilai akademik yang bagus mampu memuluskan perjalanannya memasuki dunia kerja. Tapi, pada kenyataannya, ia menghadapi jalan yang tak mudah.

Mula-mula pekerjaannya di bidang property sebagai sales dijalani dengan penuh “tantangan”. Selain lokasi tempat kerja yang jauh dari rumah, tiap akhir pekan harus tetap bekerja, sampai makan siang pun dilakukan di tempat yang kurang nyaman.

Namun, karena kerja keras dan tekad yang kuat, suatu saat kesempatan untuk berkarir di tempat kerja yang lebih baik berhasil didapatkan. “I see myself at the top management level in the next 10 years,” begitu jawabnya waktu menjawab salah satu pertanyaan pada wawancara masuk kerja. Dan, tantangan pekerjaan pun kemudian bergulir.

Memasuki jenjang pernikahan, ketika karir pekerjaannya semakin menanjak, pertimbangan pun menjadi tidak mudah. Kriteria pasangan dicatatnya dengan detail. Yang terpenting mengenai pasangan, katanya, kita harus jujur dengan diri sendiri, karena ini menyangkut masa depan kehidupan untuk selamanya.

Ketika bahtera rumah tangganya mulai dilayarkan, tantangan pertama adalah bagaimana menyikapi dengan bijak tinggal serumah alias menumpang dengan mertua. Sebagai seorang perempuan yang terbiasa mandiri, tentu tinggal seatap dengan kedua mertuanya akan menerbitkan gegar budaya.

Di luar hal itu, menjalani hidup sebagai seorang ibu dan juga bekerja di luar rumah, tentu masih menyisakan beberapa hal yang harus senantiasa dikomunikasikan dengan suami secara baik-baik.

Ada kecenderungan bahwa suami tetap membutuhkan sikap seorang perempuan yang seolah tergantung padanya. Jadi, ada saatnya kemandirian perlu ditekan demi keharmonisan. Selain itu, gap penghasilan, misalnya. Jika penghasilan suami lebih rendah, baiknya segera dibicarakan karena hal ini sangat sensitif.

Perahu rumah tangga yang dibangun berdua akan terus menghadapi gelombang, bukan lagi riak. Butuh energi yang tidak sedikit, apalagi untuk perempuan; ketika menjalani masa kehamilan, mendelegasikan tugas rumah tangga, mengatur keuangan rumah tangga, dan juga sekaligus menapaki jenjang karier.

Semua itu bisa dijalani dengan lancar asalkan disiplin dan penuh percaya diri. Persoalan harian di rumah tangga dan kondisi pekerjaan yang dinamis akan senantiasa melatih mental dan ketangkasan dalam menjalani rutinitas. Pada akhirnya meraih sukses di kantor dan bahagia di rumah bukan lagi hal mustahil yang bisa dicapai.


Buku Stiletto in Action menunjukkan bukti bahwa perempuan bisa memiliki segalanya: karier yang sukses dan keluarga yang bahagia. Ditulis dengan easy going dan menyenangkan, tetapi sarat dengan poin-poin yang bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran. Buku ini menjadi bacaan tepat untuk perempuan yang masih sibuk memilih antara karier atau keluarga.

You can also sellect color codes via admin theme options

That is some options to demo for you.

X