Kensuke Yazaki adalah narator dalam novel berjudul Tahun 69 yang ditulis Ryu Murakami. Ken–sapaannya–berusia 17 tahun. Ia tinggal di Sasebo, sebuah kota kecil yang dikenal sebagai basis militer Amerika.  Sementara jauh di Amerika, di akhir tahun 60-an ini, kaum hippies yang dikenal sebagai Flower Generation mengumandangkan perdamaian dan menentang perang Vietnam. Secara tak langsung keadaan ini berefek pada kegalaun Ken terhadap isu perang. Kensuke Yazaki adalah narator dalam novel berjudul Tahun 69 yang ditulis Ryu Murakami. Ken berusia 17 tahun. Ia tinggal di Sasebo, sebuah kota kecil yang dikenal sebagai basis militer Amerika.  Sementara jauh di Amerika, di akhir tahun 60-an ini, kaum hippies yang dikenal sebagai Flower Generation mengumandangkan perdamaian dan menentang perang Vietnam. Secara tak langsung keadaan ini berefek pada kegalauan Ken terhadap isu perang.

Selain isu perang Vietnam yang menggangu Ken, seperti wajarnya anak muda Jepang kebanyakan, Ken nampak begitu memuja kultur Barat. Pada pembukaan halaman pertama novel ini, pun pada lembaran-lembaran berikutnya dengan mudah kita dapat menemui serentetan nama grup band yang memukau anak muda saat itu, semacam The Beatles, The Rolling Stones, Jimmy Hendrik, maupun The Doors.

Mungkin inilah karakter Ken yang tak mau ketinggalan zaman sebagai sosok anak muda Jepang yang penuh kebebasan. Nah, deskripsi soal kebebasan yang menjalar dipikiran Ken, menampakan kesan hidup imajinasinya. Keliaran pikiran bisa tersimak saat pikiran ideal Ken ingin membuat sebuah film bergaya surealis. Sederet ide nakal dan sembrono dimuntahkan dalam percakapannya yang dicatat Adama.  

Kesan kritis pun terbersit dari upaya penyisipan nama-nama para pemikir ataupun penyair Barat seperti Arthur Rimbaud dalam novel ini. Tengoklah nama Albert Camus, Marx, Nietzsche, Ikon-ikon perlawanan semacam Che ataupun Mao Tse Tung tak luput dari jamaahan Ryu Murakami.  Demikian pula pada penjudulan bab yang diberikan Ryu Murakami didominasi nama tokoh-tokoh Barat ataupun artis.

Novel yang bersuasana ramai dan liar, terkadang tak bisa diduga ini adalah novel ringan, lucu, dan menghibur. Berlatar kehidupan Ken saat menghabiskan masa SMA. Inilah fiksi kontemporer ini ditulis penulis novel In The Miso Soup yang mengalir dan sederhana. Pendeknya, Ryu Murakami menuliskan tentang ketidakpuasan anak muda yang terfokus pada seorang Ken di akhir tahun 60an. Mungkin inilah anak-anak korban kekuasaan media masa itu, yang tak jauh berbeda dengan remaja masa kini.

Novel Tahun 69 dalam bahasa Indonesia baru saja diterbitkan oleh TransMedia Pustaka. Novel bersampul retro ini bak sebuah karnaval kultural pop di akhir tahun 60an. Ya, inilah gaya Ryu Murakami saat kembali bernostalgia di SMA. Sebuah novel yang beraroma ‘pemberontakan’ sekaligus menyenangkan.