Kita sudah sering dengar kata “bahagia itu sederhana”. Tapi, apakah kita sudah benar-benar menerapkannya? Sering kali kita kebingungan untuk memaknai kesederhanaan. Kita merasa belum siap untuk berpisah dengan beberapa hal yang menurut kita penting, tetapi sebenarnya tidak perlu.

Pada sesi “Hidup Sederhana untuk Bahagia” bersama Akademi Berbagi Yogyakarta, 10 Mei 2015 silam, Adjie Silarus menyarankan konsep “one in, two out”. Jadi, misalkan kita membeli satu buku baru, artinya kita harus siap melepaskan dua buku lama. Memang tidak mudah, tetapi bisa dilakukan.

Coba bayangkan, seberapa sering kita membaca ulang buku yang kita punya? Umumnya lebih banyak hanya bertengger saja di lemari, bukan? Tapi kalau kita lepaskan, baik disumbangkan ke panti asuhan atau dihadiahkan kepada teman, tentu buku-buku tersebut akan jauh lebih bermaknda dan bermanfaat.

Adjie menerapkan 3 poin penting dalam hal menerapkan keserhanaan. Pertama, seleksi tanpa ampun. Untuk apa mempertahankan benda-benda yang tidak lagi bermanfaat bagi kita? Kedua, tanamkan prinsip efisiensi. Untuk apa memiliki banyak barang jika yang digunakan itu-itu saja? Ketiga, tanyakan kepada diri sendiri, apakah barang yang dipertahankan benar-benar memberikan kebahagiaan sejati, atau kesenangan semu semata?

Ingatlah bahwa kesederhanaan memberikan kebebasan dan tambahan waktu luang. Kesederhanaan jugalah—bukan kemewahan—yang sebenarnya lebih mampu memberikan kenyamanan dan kebahagiaan dalam hidup.