“Uang itu untuk digunakan dan dihabiskan.
Bukan untuk ditahan dan disisakan.”
-Ahmad Gozali-
Mengelola keuangan memang perkara yang memusingkan. Orang selalu memikirkan bagaimana caranya agar pendapatan bisa mencukupi pengeluaran. Tapi yang terjadi, sering kali gaji habis sebelum waktunya. Masih pertengahan bulan, sudah mengharapkan gaji berikutnya.
Kalau diminta untuk menyisakan gaji, rasanya tertekan sekali. Jangankan sisa, cukup saja sudah bagus. Begitulah dalih orang-orang. Akibatnya, uang hanya seperti numpang lewat. Bahkan setelah naik gaji sekalipun, tetap saja habis juga tak bersisa. Berarti, di mana letak permasalahannya?
Kunci utamanya adalah mengubah pola pikir untuk “menyisakan gaji” menjadi “menghabiskan gaji”. Kalau memang ujung-ujungnya habis juga, lebih baik habiskan di jalan yang benar, bukan? Caranya, utamakan pengeluaran sosial, cicilan dan utang, tabungan dan investasi, baru kemudian gunakan selebihnya untuk biaya hidup.
Sayangnya, banyak sekali orang dengan pola pikir sebaliknya. Mereka lebih mengutamakan biaya hidup, lalu tabungan dan investasi, kemudian cicilan dan utang. Untuk pengeluaran sosial? Sering kali terabaikan. Mereka menganggap pengeluaran ini tidak terlalu penting karena merasa bukan kewajiban.
Padahal, pengeluaran sosial ini hukumnya wajib dibayar. Risikonya memang tidak kelihatan, tetapi ini merupakan bentuk rasa syukur kita kepada Sang Pemberi Rezeki. Manfaatnya? Jelas ada. Dengan memberikan sedikit bagian dari penghasilan untuk disumbangkan, kita akan lebih merasa berkecukupan.
Banyak manfaat yang bisa kita ambil dari pengeluaran sosial. Pengeluaran sosial juga bisa berarti investasi kita untuk masa depan. Tidak hanya itu, pengeluaran sosial membuat kita merasa memiliki mental orang kaya dan tidak pernah merasa miskin. Artinya, dengan selalu memberi, kita bukan hanya beramal, tetapi juga mengingatkan diri sendiri bahwa banyak orang yang tidak seberuntung kita.
Dalam bukunya yang berjudul Habiskan Saja Gajimu, Ahmad Gozali menyebut pengeluaran sosial sebagai “Bisnis dengan Tuhan”. Ini adalah bentuk bisnis yang paling menguntungkan. Kita mendapat tugas untuk mengirimkan 2,5% kepada orang yang membutuhkan dan bayaran yang kita peroleh adalah sisa dari 2,5% yang sudah diberikan Tuhan. Sangat menguntungkan, bukan?
Sebagaimana bisnis yang berjalan, kalau kita mengerjakan tugas dengan baik maka bisnis akan terus berkelanjutan, atau bahkan ada kenaikan pemasukan tambahan. Masih ingin tawar-menawar dengan Tuhan?
Buku Habiskan Saja Gajimu karya Ahmad Gozali akan mengajak Anda menghabiskan uang dengan cara menyenangkan, mengubah kebiasaan menyakitkan dengan menyisakan uang di akhir bulan. Ayo, habiskan gaji di jalan yang benar.
Sumber gambar: www.flickr.com/photos/68751915@N05/6870882811/