Manusia sebenarnya menghadapi persoalan dengan diri sendiri. Misalnya ketika bersedih. Apakah ukuran kebenarannya bahwa sedih yang manusia alami adalah sedih yang pantas dirasakan? Itulah persepsi, perasaan, dan nuansa jiwa yang setiap saat dimainkan manusia. Perhatikanlah anak kecil. Begitu mudahnya ia merasa bahagia. Kenapa demikian?
Sesungguhnya satu hal penting sedang terjadi di muka bumi ini, yaitu kebahagiaan semakin tidak mudah dirasa ketika manusia bertambah “tahu”, bukan bertambah “mengerti”, sebab tahu dan mengerti sangat berbeda tingkatannya. Tahu dan semakin tahu adalah suatu kondisi yang membuat orang menjadi semakin kurang bahagia. Sebaliknya, kondisi jiwa yang mengerti dan semakin mengerti bisa mempertahankan kebahagiaan. Kok bisa begitu?
Mari kita cari jawaban lanjutannya melalui sebuah pertanyaan. Apakah anak kecil umur empat tahun mengetahui yang namanya utang? Dapatkah dia merasa tersiksa bila ia tahu bahwa orangtuanya berutang? Hal ini baru menjadi berarti dan menjadi sebuah penderitaan baginya saat si anak mulai tumbuh besar. Saat anak bertambah besar, perbendaharaan “tahu”-nya semakin penuh. Dia baru tahu bahwa utang itu bisa membuat rasa tidak nyaman pada dia dan keluarganya.
Mungkin hal ini bisa terkesan sangat konyol bagi Anda, tetapi itulah kenyataannya. Coba uji hal ini! Saat ingin marah, coba Anda tahan sebentar, masuklah ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Kemudian cek apa yang dirasakan? Mungkin Anda akan kaget menemukan diri Anda menjadi lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Yang membuat Anda tenang bukan karena pasta giginya, tapi Anda telah mengendalikan perasaan Anda, tanpa mengikuti rasa marah waktu sebelumnya dan seolah Anda mengerti apa yang harus dilakukan.
Karenanya, berdamailah dengan diri sendiri sebaik mungkin, sebab masalah di luar memang tidak pernah ada. Masalah baru akan menjadi masalah saat kita mengalami masalah dengan perasaan kita sendiri. Meskipun hari ini Anda ditempeleng orang, selama Anda bisa ikhlas dan mengerti maka rasa sakit itu tidak perlu ada. Jika tempelengan itu telah membuat Anda terganggu dan marah, ini baru masalah.
Ilustrasi lainnya, coba Anda tunjukkan sebuah pisau kepada bayi, apakah dia langsung takut dan menangis? Tidak kan. Sebab, semakin manusia tahu, ia akan semakin merasa bahwa rasa amannya juga semakin terancam. Maka, Anda harus mengingat baik-baik. Semakin Anda tahu, Anda pun wajib semakin mengerti. Pasalnya, jika Anda tahu tapi tidak mengerti, itu akan membuat Anda terjebak dalam rasa sakit yang sebenarnya klise.
Nah, bagaimana caranya menjadi “diri yang mengerti”? Dan bagaimana pula untuk menciptakan hidup dalam penuh pengertian yang bisa menumbuhkan hati, perasaan, dan pikiran yang tenteram dan damai? Buku Pemulihan Jiwa; Kekuatan Selalu Ada Saat Aku Ikhlas terbitan TransMedia ini akan menjelaskannya secara menyeluruh tentang aspek jiwa dan perasaan sekaligus cara menguasainya untuk berbagai kepentingan hidup Anda.
Buku ini ditulis oleh Dedy Susanto, seorang praktisi mind & soul therapist. Ia akan membagi metode penguasaan jiwa untuk Anda dalam mengatasi berbagai problematika hidup hingga mencapai apa yang didambakan semua orang, yaitu “sukses dan bahagia”.