Ketika anda tidak mampu meminta maaf, anda cenderung merasa tidak enak hati. Biasanya anda tahu bila anda telah berbuat salah kepada seseorang dan harus hidup dengan kesadaran tersebut.

Jika anda mencoba meminimalisir atau melupakannya, anda mengurung rasa bersalah tersebut. Meminta maaflah dan anda mulai kembali menciptakan diri anda, memperbaiki kehormatan diri, dan mengurangi kepedihan yang ada. Menciptakan sebuah keterpaduan kembali. Anda tahu bahwa anda salah. Anda tahu bahwa anda dapat melakukan yang lebih baik.

Permintaan maaf anda memancing rasa hormat dari orang yang telah anda sakiti. Anda mengakui bahwa ia pantas mendapatkan yang lebih baik dan anda melewati batas. Pengakuan ini membuat anda terlihat rendah hati, mengangkat dirinya, dan mengembalikan kesetaraan.

Permintaan maaf anda membantu menghubungkan ulang anda dengan dirinya. Saat anda telah bersih, anda tidak hanya melucuti senjatanya tapi sekaligus membuatnya bersikap lebih baik kepada anda; anda membersihkan kesadaran anda sendiri dan cenderung membiarkan diri kembali terikat kepadanya.

Hal itu ditulis Janis Abrahms Springs, Ph.D dalam buku How Can I Forgive You yang diterbitkan oleh TransMedia. Dalam buku ini, Dr. Springs mengusulkan sesuatu yang radikal untuk mengalahkan efek menghancurkan yang muncul dari rasa benci. Dia menawarkan suatu model di luar kebiasaan untuk pemberian maaf yang benar-benar murni.