Dalam keseharian, sering kali kita dituntut untuk bisa multitasking. Ya, memang ada begitu banyak hal yang penting untuk kita selesaikan. Yang menjadi pertanyaan, mampukah kita mengerjakan itu semua dengan optimal? Atau, sejadinya saja yang penting selesai?
Menurut Adjie Silarus, praktisi mindfulness dan penulis buku Sadar Penuh Hadir Utuh, terlalu sering memaksakan diri untuk multitasking bisa menurunkan produktivitas. Bahkan menurutnya, multitasking merupakan sebuah bentuk bakat yang semakin sering diterapkan, justru kualitasnya semakin menurun.
Lantas, bagaimana solusinya? Pada talkshow yang disiarkan di UP Radio 98.5 FM Semarang, 8 Mei 2015 silam, Adjie mengatakan bahwa yang terpenting adalah menjaga kesehatan mental. Caranya yaitu dengan menjaga keseimbangan antara tubuh dan pikiran—inilah yang disebut mindfulness.
Jadi, seberapa banyak pun pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan, coba runutkan satu per satu sesuai prioritas. Kemudian yang terpenting, masing-masing dikerjakan dengan fokus. Jangan mengerjakan A sambil memikirkan B, dan seterusnya.
Selain itu, perhatikan juga kemampuan fisik. Menurut Adjie, saat ini masih banyak orang yang mengasosiasikan tidur siang dengan kata “pemalas”. Padahal, jika tubuh memberi sinyal kelelahan—salah satunya dengan datangnya rasa kantuk—artinya kita memang perlu istirahat.
Yang Adjie maksud tentu saja bukan tidur siang yang berkelanjutan selama berjam-jam, tetapi cukup sekitar 10-15 menit. Inilah yang orang bilang sebagai power nap. Jadi, meskipun waktu kita terinterupsi untuk istirahat, kualitas pekerjaan kita akan jauh lebih baik daripada memaksakan diri untuk bekerja dalam keadaan mental yang sudah kelelahan.