Siapa yang pernah jatuh cinta, kemungkinan besar juga akan merasakan patah hati. Pasalnya, cinta tidak melulu bercerita tentang kebahagiaan dan keceriaan, tetapi juga kekecewaan dan kesedihan.
Siapa yang pernah jatuh cinta, kemungkinan besar juga akan merasakan patah hati. Pasalnya, cinta tidak melulu bercerita tentang kebahagiaan dan keceriaan, tetapi juga kekecewaan dan kesedihan.
Masalahnya, sejauh mana kita mampu menoleransi rasa sakit yang disebabkan oleh patah hati itu? Jawabannya memang tergantung masing-masing orang. Ada orang yang cepat move on, ada juga yang susah. Kamu—para Peyempuan—sendiri termasuk tipe orang yang mana?
Bagi yang susah move on, sampai kapan kamu akan terus menjomblo dan tenggelam dalam kesedihan? Patah hati memang menyakitkan, tetapi bukan berarti kamu harus memelihara lukamu itu terlalu lama ‘kan?
Bagaimana pun, kita harus belajar melepaskan. Kita kembalikan lagi segalanya pada Tuhan. Yakinlah, bahwa rasa sakit yang kamu rasakan saat ini adalah kebahagiaan yang tertunda. Siapa tahu, putusnya kamu dengan dia justru akan mengantarkanmu kepada orang lain yang lebih baik.
Seperti yang diungkapkan @peyemp, bahwa patah hati, kecewa, marah, sedih, dan hancur adalah proses. Proses dalam perjalanan cinta setiap manusia. Itu akan menjadi tempaan agar hati kita semakin strong. Bukan sebaliknya.
“Percayalah, di luar sana masih ada dan banyak laki-laki baik. Hanya saja kita belum menemukannya. Ingatlah, terlalu lama berenang pada lautan kekecewaan akan membuat kita tenggelam dalam rapuhnya kesendirian. Selalu berdoa agar dipertemukan dengan laki-laki baik. Karena sesungguhnya kita tidak pernah tahu siapa sebenarnya laki-laki yang sedang kita dekati. Kita tidak tahu bagaimana isi hatinya. Kita tidak pernah tahu bagaimana ia setelah berumah tangga.”
Peyempuan Strong berisi kumpulan tulisan karya @peyemp tentang bagaimana cobaan, patah hati, dan kekecewaan mampu membuat seorang peyempuan bertahan dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.