Mayor (Dr.) William W. Mayer mempelajari seribu orang Amerika yang ditahan saat perang di kamp Korea Utara. Mayer menemukan sejenis penyakit psikologis berupa rasa putus asa yang parah, yang oleh dokter disebut mirasmus. Penyakit ini didefinisikan sebagai kurangnya pertahanan dan kepasifan. Ketiadaan motivasi ternyata melemahkan prajurit-prajurit tersebut dan membuat mereka tidak memiliki semangat untuk bertahan hidup.
Kenyataan inilah yang melatarbelakangi teori ciduk dan ember, yang diperkenalkan oleh Tom Rath dan Donald O. Clifton melalui bukunya yang berjudul: How Full Is Your Bucket?, yang diterbitkan oleh penerbit Transmedia Pustaka. Setiap orang memiliki ember yang tak tampakmewakili keadaan psikologis manusia. Seseorang akan berada dalam keadaan terbaik ketika ember penuh dan sebaliknya dalam keadaan terburuk ketika ember-ember itu kosong. Setiap orang juga memiliki ciduk tak tampak. Dalam setiap interaksi, setiap orang dapat menggunakan ciduknya untuk mengisi atau mengosongkan ember milik orang lain.
Sepintas teori ini kedengarannya aneh, tapi sebenarnya tidak jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak banyak orang yang menyadari bahwa kritik, sikap merendahkan, menghina dan sebagainya berakibat sangat buruk bagi keadaan psikologis orang tersebut. Saat kita melakukan hal tersebut, sadar maupun tidak, kita telah menciduk emosi positif dari orang tersebut.
Ember kosong atau situasi psikologis yang lemah ternyata berakibat buruk bagi produktifitas. Dalam dunia kerja, tidak jarang kita mendengar alasan orang-orang mendengar pekerjaan karena merasa tidak dihargai. Suatu studi dari perawat kesehatan menemukan ketika karyawan bekerja untuk atasan yang tidak mereka sukai, mereka mengalami peningkatan tekanan darah tinggi. Orang-orang yang bekerja dengan atasan yang mereka benci selama bertahun-tahun, kata George Fieldman, seorang psikolog dan psikoterapis, Orang-orang yang bekerja dengan atasan yang mereka benci selama bertahun-tahun, lebih rentan terserang penyakit jantung akibat peningkatan darah tinggi dalam jangka waktu yang lama.
Situasi malah terjadi sebaliknya pada lingkungan yang orang-orangnya saling menularkan emosi positif satu sama lain. Pujian, entah berupa kata-kata, benda maupun tepukan ringan di pundak, mengisi ember jiwa orang tersebut. Keadaan ember yang penuh memunculkan perasaan bangga dan rasa percaya diri. Contoh dekatnya adalah bagaimana semangat murid-murid yang belajar lebih keras karena dipuji oleh gurunya.
Buku ini adalah pilihan tepat untuk membantu kita dalam menjalankan misi muliamengisi ember orang-orang di sekitar kita. Emosi positif tidak hanya dalam bentuk pujian saja; humor, kepedulian, pertolongan adalah beberapa hal yang disarankan. Buku ini juga menjamin, emosi positif yang kita berikan untuk orang lain bukannya akan menjadi sia-sia. Teori ciduk dan ember juga menyebutkan bahwa, kapan pun kita memilih untuk mengisi ember-ember orang lain, pada gilirannya, kita mengisi milik kita sendiri.