Jika Anda perempuan dan bekerja, pilih mana, karier atau keluarga? Atau pilih keduanya, seperti yang dipilih oleh Fibriyani Elastria dan Christine Lerin, penulis buku Stiletto in Action? Kedua penulis ini ingin menunjukkan bukti bahwa perempuan bisa memiliki segalanya: karier yang sukses dan keluarga yang bahagia.
Jika Anda perempuan dan bekerja, pilih mana, karier atau keluarga? Atau pilih keduanya, seperti yang dipilih oleh Fibriyani Elastria dan Christine Lerin, penulis buku Stiletto in Action? Di dalam bukunya, kedua penulis ini ingin menunjukkan bukti bahwa perempuan bisa memiliki segalanya: karier yang sukses dan keluarga yang bahagia.
Fibriyani Elastria, seorang yang berlatar pendidikan arsitektur dari sebuah perguruang tinggi negeri nomor wahid yang berlokasi di Bandung, berkeyakinan bahwa modal nama besar almamater dan nilai akademik yang bagus mampu memuluskan perjalanannya memasuki dunia kerja. Tapi, pada kenyataannya, ia menghadapi jalan yang tak mudah.
Mula-mula pekerjaannya di bidang property sebagai sales dijalani dengan penuh “tantangan”. Selain lokasi tempat kerja yang jauh dari rumah, tiap akhir pekan harus tetap bekerja, sampai makan siang pun dilakukan di tempat yang kurang nyaman.
Namun, karena kerja keras dan tekad yang kuat, suatu saat kesempatan untuk berkarir di tempat kerja yang lebih baik berhasil didapatkan. “I see myself at the top management level in the next 10 years,” begitu jawabnya waktu menjawab salah satu pertanyaan pada wawancara masuk kerja. Dan, tantangan pekerjaan pun kemudian bergulir.
Memasuki jenjang pernikahan, ketika karir pekerjaannya semakin menanjak, pertimbangan pun menjadi tidak mudah. Kriteria pasangan dicatatnya dengan detail. Yang terpenting mengenai pasangan, katanya, kita harus jujur dengan diri sendiri, karena ini menyangkut masa depan kehidupan untuk selamanya.
Ketika bahtera rumah tangganya mulai dilayarkan, tantangan pertama adalah bagaimana menyikapi dengan bijak tinggal serumah alias menumpang dengan mertua. Sebagai seorang perempuan yang terbiasa mandiri, tentu tinggal seatap dengan kedua mertuanya akan menerbitkan gegar budaya.
Di luar hal itu, menjalani hidup sebagai seorang ibu dan juga bekerja di luar rumah, tentu masih menyisakan beberapa hal yang harus senantiasa dikomunikasikan dengan suami secara baik-baik.
Ada kecenderungan bahwa suami tetap membutuhkan sikap seorang perempuan yang seolah tergantung padanya. Jadi, ada saatnya kemandirian perlu ditekan demi keharmonisan. Selain itu, gap penghasilan, misalnya. Jika penghasilan suami lebih rendah, baiknya segera dibicarakan karena hal ini sangat sensitif.
Perahu rumah tangga yang dibangun berdua akan terus menghadapi gelombang, bukan lagi riak. Butuh energi yang tidak sedikit, apalagi untuk perempuan; ketika menjalani masa kehamilan, mendelegasikan tugas rumah tangga, mengatur keuangan rumah tangga, dan juga sekaligus menapaki jenjang karier.
Semua itu bisa dijalani dengan lancar asalkan disiplin dan penuh percaya diri. Persoalan harian di rumah tangga dan kondisi pekerjaan yang dinamis akan senantiasa melatih mental dan ketangkasan dalam menjalani rutinitas. Pada akhirnya meraih sukses di kantor dan bahagia di rumah bukan lagi hal mustahil yang bisa dicapai.
Buku Stiletto in Action menunjukkan bukti bahwa perempuan bisa memiliki segalanya: karier yang sukses dan keluarga yang bahagia. Ditulis dengan easy going dan menyenangkan, tetapi sarat dengan poin-poin yang bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran. Buku ini menjadi bacaan tepat untuk perempuan yang masih sibuk memilih antara karier atau keluarga.