Kalau jeli memperhatikan saran psikolog pada kolom curhat di majalah, tidak jarang kita menemukan kalimat seperti: ‘Kejujuran adalah pondasi hubungan cinta’, ‘Ketulusan cinta terlihat dari kejujuran dari pasangan’, dan sebagainya. Sebenarnya pernyataan tersebut tidak salah juga. Sayangnya, yang sering terjadi malah sebaliknya, kita harus berbohong demi memenangkan hati pasangan—istilahnya, melakukan white lie. Saat pertama kali mengenalkan diri pada orang yang disuka pun, kita berkecenderungan untuk mengedit bagian-bagian jelek dari diri kita dan melebih-lebihkan hal yang membuat kita bangga.

Duke Christoffersen, dalam bukunya The Shameless Liar’s Guide yang diterbitkan TransMedia Pustaka, juga mengatakan hal serupa. Pengalaman sehari-hari membuktikan bahwa kebohongan ibarat pintu darurat, siap menyelamatkan Anda setiap saat.

Kita juga sering berbohong demi menyenangkan orang lain. Untuk kasus hubungan cinta, demi menyenangkan pacar. Malah, yang terjadi adalah pacar mengharapkan kita untuk lebih sering berbohong. Hah? Yang benar?

“Cewek itu cakep ya?”

Bayangkan situasinya, Anda dan pasangan berada di kafe dengan area terbuka seperti bristo-bristo di Perancis sana. Saat itu mata Anda menangkap sosok ‘bening’ wanita berambut ikal seperti Thalia (artis telenovela), bertubuh mulus dan sedang duduk sendirian. Rupanya pacar Anda menyadari bahwa sejak tadi mata Anda nyaris tak berkedip memandangi wanita itu. Untuk mengetes Anda, pacar pun bertanya, “Say, cewek di sana cakep ya?”

Kalau Anda sampai menganggukkan kepala, apalagi dengan tatapan berbinar-binar mengakuinya, bisa dipastikan hubungan Anda dengan pacar berakhir detik itu juga. Jawaban yang paling tepat cuma satu: tidak—dan biasanya itu bohong kan? Lebih bagus lagi jika Anda berpaling, menatap dalam-dalam pacar Anda, lalu setelah menunggu beberapa detik Anda pun berkata, “Biasa aja tuh. Belum ada yang bisa mengalahkan kamu, Say.”

Gombal memang. Namun seperti itulah biasanya cara tokoh dalam novel-novel roman picisan meyakinkan kekasihnya. Jika pacar Anda menyukai novel-novel seperti itu, bisa dipastikan dia juga percaya ucapan Anda.

“Kayaknya aku gendutan deh, Say.”

Ada banyak alasan mengapa pacar Anda tiba-tiba mengeluhkan berat badannya. Minggu ini dia ditraktir makanan lezat oleh teman sekantornya. Celana jeans kesayangannya tiba-tiba terasa sempit. Baju yang ditaksirnya di mall ternyata tidak tersedia ukuran yang pas untuknya. Jadi jelas pertanyaan itu lebih mengharapkan jawaban bohong ketimbang fakta yang sebenarnya.

Anda sebaiknya menjawab, “Siapa bilang?” Akan sangat meyakinkan kalau Anda menunjukkan ekspresi marah, seolah-olah tersinggung karena seseorang baru saja mengatai pacar Anda gendut. “Menurutku, kamu biasa-biasa saja kok. Tidak gendut.”
Hal lain yang perlu diingat adalah: jangan pernah membandingkan si dia dengan model majalah dan jangan pernah mengungkit-ungkit kata ‘diet’ dan ‘olah raga’ di depannya.

“Di antara mantan-mantan kamu, siapa yang paling cantik?”

Sebelum pacar Anda menanyakan lebih banyak lagi, lebih baik Anda menghilangkan kecurigaannya dengan berkata, “Aku tidak ingat lagi. Satu-satunya yang terpikir di kepalaku saat ini cuma kamu.” Awalnya si dia kemungkinan besar tidak percaya, tapi jika Anda mengatakannya dengan ekspresi sungguh-sungguh mau tidak mau pacar Anda jadi tersentuh juga.

Practice Makes Perfect

Semakin sering Anda mengasah kemampuan Anda, semakin mahirlah Anda berbohong. Tapi ingat, berbohong bukan berarti menjamin Anda lolos dari segala masalah. Berbohong punya pacar kedua, misalnya. Berhati-hatilah, karena sekali Anda salah langkah, menara kebohongan yang Anda susun bisa hancur berantakan. Mempertanggungjawabkan kebohongan lebih berat daripada berbohong itu sendiri.