Kehidupan seorang penulis, jurnalis, dan fotografer lepas dari Estonia bernama Berit Renser seketika berubah. Banyak yang ia dapatkan dan pelajari dari pengalamannya saat belajar kebudayaan di Indonesia. Ia pun menuangkan semua pengalaman unik dan menariknya itu dalam sebuah buku berjudul Kamu Indonesia Banget Kalau… yang diterbitkan TransMedia Pustaka.
Kehidupan seorang penulis, jurnalis, dan fotografer lepas dari Estonia bernama Berit Renser seketika berubah. Banyak yang ia dapatkan dan pelajari dari pengalamannya saat belajar kebudayaan di Indonesia. Ia pun menuangkan semua pengalaman unik dan menariknya itu dalam sebuah buku berjudul Kamu Indonesia Banget Kalau… yang diterbitkan TransMedia Pustaka.
Nah, bagi kamu yang penasaran dengan sosok dan pandangan Berit terhadap negara kita, berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan TransMedia Pustaka via e-mail.
Bagaimana ceritanya, sih, kamu bisa berada di Indonesia?
Saya datang ke Indonesia pada tahun 2010 karena mendapat beasiswa dari pemerintah untuk belajar di Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo. Walau beasiswa ini hanya setahun, tapi saya sudah terlanjur jatuh cinta dengan negara ini. Saya pun memutuskan untuk tinggal lebih lama di Indonesia dan pindah ke Jogjakarta untuk setahun berikutnya.
Apa yang kamu bayangkan saat harus pindah ke Indonesia?
Saya tidak tahu banyak tentang Indonesia. Negara ini sangat jauh dari Estonia dan saya hampir tidak mengetahui kabar apa pun tentang negara-negara di Asia Tenggara. Saya pernah mendengan tentang beberapa bencana alam dan saya tahu, Indonesia adalah sebuah negara beriklim panas yang terdiri dari banyak pulau. Jadi, pandangan awal saya: pantai! Pohon kelapa! Koktail kelapa! Dan, karena saya berasal dari negara yang sangat dingin, sesekali hal ini menjadi impian orang-orang Estonia.
Akhirnya, saya mendapatkan informasi dari Mr. Google bahwa Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Saya menjadi sedikit khawatir karena saya tahu di negara muslim wanita diharapkan menutup tubuh mereka, tapi di Estonia kebalikannya—semakin panas cuacanya, semakin minim pakaiannya. Saya takut, saya akan meleleh jika harus mengenakan lengan panjang.
Berapa lama kamu tinggal di Indonesia?
Saya berada di Indonesia dua tahun berturut-turut. Lalu, kembali ke Eropa untuk beberapa tahun dan kembali lagi ke sini selama beberapa bulan.
Apa yang kamu bayangkan tentang Indonesia?
Negara yang cantik, tapi kontroversial.
Pengalaman unik apa yang pernah kamu dapatkan selama di Indonesia?
Mungkin jutaan. Menyusuri dari Aceh ke Solo dengan menumpang truk, bertemu suku anak dalam di hutan Sumatra, diterima secara baik oleh masyarakat di rumah mereka, bermain gamelan di Departemen Pendidikan, mengunjungi desa-desa yang luluh-lantak oleh Merapi, membuat program kerja untuk lingkungan dan bekerja sama dengan sukarelawan lokal, belajar untuk “kecanduan” ponsel dan mengendarai sepeda motor, bertemu polisi paling baik se-dunia (yeah!), mendaki pegunungan dan menyusuri pantai dan tinggal di sebuah rumah di tengah sawah. Saya bisa saja menceritakan semuanya, tapi lebih baik lihat sendiri di buku.
Apa pendapatmu tentang masyarakat dan kota-kota yang telah kamu kunjungi?
Tentunya, akan lebih sulit bagi para turis atau orang asing untuk bersikap terbuka ketimbang orang Indonesia. Mereka selalu tersenyum, selalu siap membantu, dan selalu sopan. Pernah sekali waktu saya berada di sebuah keluarga miskin dengan tujuh anggota keluarga, mereka hanya mempunyai satu paha ayam untuk dimakan bersama, tapi mereka tetap mengundang saya makan bersama dan masing-masing dari kami hanya mendapatkan satu gigitan. Begitu manisnya semua itu!
Kalau kota-kotanya lain cerita. Lebih banyak polusinya, berisiknya dan agak semrawut daripada nyamannya. Menurut saya, kota dengan sedikit kemacetan dan banyak pohoh adalah kota yang semakin baik. Jadi, tinggal di selatan Jogja—di tengah sawah—adalah pilihan terbaik meski agak terkesan “berwisata” sekali, sedangkan Bali memiliki arsitektur yang indah.
Apa pendapatmu tentang Indonesia dilihat dari kacamata seorang Estonia?
Estonia dan Indonesia adalah dua negara yang bertolak belakang. Estonia dingin, Indonesia panas. Indonesia sangat beragama, Estonia tidak. Perempuan Indonesia menutupi tubuh mereka, perempuan Estonia telanjang, mereka bisa berbaur dengan orang yang tidak dikenal dalam satu sauna yang sama dan itu bukan hal yang aneh. Orang Estonia suka menyendiri dan membutuhkan banyak privasi, orang Indonesia sangat takut sendirian.
Apakah kamu menikmati tinggal di Indonesia?
Beberapa tahun di Indonesia sangat mengagumkan. Apa yang kamu butuhkan ada di sana. Kamu tidak perlu pergi ke restoran, saat kamu mau makan nasi goreng enak di pinggir jalan. Tidak perlu membeli tiket penerbangan yang mahal, semua yang kamu cari bisa kamu temukan di Indonesia. Masyarakat akan langsung menjadi temanmu dan sudah pasti, kamu tidak dibiarkan kesusahan.
Apa rencanamu selanjutnya? Akan kembali ke Estonia atau tinggal di Indonesia lagi untuk beberapa waktu ke depan?
Saya akan kembali ke Estonia, tapi selagi sepeda saya masih berada di Indonesia, saya berharap akan kembali ke sini.
Hubungi Berit di:
Facebook Group: Kamu Indonesia banget kalau..
Twitter: @beritdiindo
Blog: kamuindonesiabangetkalau.wordpress.com