“Don’t follow trends, start trends” – Frank Capra
Biasanya, orang kreatif memiliki cara pikir yang berbeda dan sering kali menabrak batasan berpikir orang lain pada umumnya. Mereka selalu berupaya mendapatkan perspektif baru tentang berbagai hal, yang kemudian dideskripsikan dengan cara-cara di luar nalar. Cara ini dinamakan design thinking.
“Don’t follow trends, start trends” – Frank Capra
Biasanya, orang kreatif memiliki cara pikir yang berbeda dan sering kali menabrak batasan berpikir orang lain pada umumnya. Mereka selalu berupaya mendapatkan perspektif baru tentang berbagai hal, yang kemudian dideskripsikan dengan cara-cara di luar nalar. Cara ini dinamakan design thinking.
Berbeda dengan orang yang menggunakan metode konvensional, orang yang menerapkan design thinking biasanya lebih mampu menghadirkan solusi kreatif dan melahirkan ide baru. Bandingkan saja kedua metode tersebut pada sebuah contoh kasus, yaitu menurunnya pendapatan bisnis printing dan fotokopi.
Metode Konvensional
Mencetak aneka brosur dan flyer, kemudian dibagikan di perempatan-perempatan lampu merah dan tiang listrik. Bahan kertas dibuat sedemikian murah untuk menghemat pengeluaran—yang penting informasinya tersebar luas ke berbagai tempat.
Hasil yang didapat dari metode ini adalah menyebarkan public awareness dengan harapan dapat meningkatkan omzet. Tapi, apakah cara ini menjamin akan mendatangkan pemasukan berlipat ganda? Belum tentu. Bisa saja justru hanya membuang ongkos cetak brosur dan flyer. Akhirnya bukan menaikkan keuntungan, malah menambah kerugian.
Metode Design Thinking
Sebelum melakukan aksi apa pun, terlebih dulu mengumpulkan beberapa pertanyaan dasar untuk dicarikan solusi. Apa saja layanan printing dan fotokopi? Persaingan harganya bagaimana? Apakah ada diskon bagi member? Oh ya, mengapa tidak membuka layanan member saja?
Bagaimana dengan lokasi outlet? Dekat dengan gedung sekolah atau pemerintahan? Kalau dekat, mengapa tidak dicoba layanan antar-jemput dokumen? Siapa pasarnya? Guru? PNS? Anak sekolah usia SMP sampai SMA? Apakah mereka aktif di media sosial?
Dari metode pemikiran tersebut, lahirlah beberapa solusi. Pertama, mengiklankan harga yang bersaing melalui brosur dan flyer. Kedua, menawarkan fasilitas diskon untuk member. Ketiga, menyediakan layanan antar-jemput dokumen dengan tambahan biaya ke area tertentu. Terakhir, memanfaatkan media sosial—misalnya pelanggan yang check-in melalui akun Path atau Foursquare di outlet dan melakukan share ke Twitter dan Facebook, akan mendapatkan potongan harga.
Dari perbandingan ini, dapat dilihat perbedaan mencolok tentang bagaimana menghasilkan ide kreatif. Metode konvensional hanya fokus pada cara memberi tahu tentang adanya sebuah outlet yang menyediakan layanan printing dan fotokopi. Lain halnya dengan design thinking yang mencari tahu lebih dulu letak permasalahan, kemudian mengidentifikasinya hingga ditemukanlah solusi yang cerdas. Promosi juga dilakukan dengan mengembangkan tren yang ada, seperti memanfaatkan media sosial.
Mengembangkan pemikiran kreatif bukanlah hal sulit jika Anda tahu masalah dan solusinya. “Mencuri Kreativitas Desainer” adalah buku yang ditulis oleh Raul Renanda. Buku ini akan membantu Anda mengetahui lebih dalam lagi tentang cara berpikir kreatif, serta aneka inovasi dan pengembangan diri melalui teknik berpikir 4 design actions.