Banyak hal yang bisa kita petik dari sebuah perjalanan. Seperti halnya yang Ira Rahmawati dapatkan saat ia diajak untuk menyusuri Jalur Sutra, sebuah jalur perdagangan internasional dan interaksi budaya zaman dulu antara Cina dan bangsa-bangsa di sebelah baratnya termasuk para pedagang muslim sehingga wilayah itu menjadi wilayah dengan jumlah penduduk muslim terpadat di Cina.

 

HanomanDua minggu adalah waktu yang cukup singkat untuk menyusuri Jalur Sutra. Namun, bagi Ira perjalanan selama setengah bulan itu menjadi perjalanan yang lebih dari sekadar wisata.

Berbekal rasa ingin tahu dan ketertarikan yang besar pada perjalanan ini, Ira mendapatkan banyak pengalaman yang tak terlupakan. Seperti saat dirinya berada di Guang Zhou—kota pertama yang ia jajaki dalam perjalanan ini.

Baru saja menginjakkan kaki di Guang Zhou, Ira harus berurusan dengan seorang wanita berusaha mencatut tarif bus yang ditumpangi Ira menuju hotel tempatnya menginap. Setelah puas menikmati kota Guang Zhou, Ira pun melangkahkan kakinya menuju kota Xi’an.

Di ibu kota pertama Cina Bersatu ini, Ira menyempatkan diri untuk mengunjungi Masjid Laksamana Cheng Ho, pasar Xi’an, menara beduk, Masjid Agung Xi’an, Gua Budha Mo Gao, Telaga Bulan Sabit, hingga museum sejarah Xi’an dan museum Prajurit Terakota.

Keseruan perjalanan Ira pun berlanjut saat ia berada di monumen Monkey King, sebuah monumen pembukaan Jalur Sutra hingga saat ia harus kembali ke tanah air.

Penasaran dengan kisah perjalanan Ira Rahmawati saat menyusuri Jalan Sutra? Semuanya dapat Anda temukan dalam buku Antara Monkey King & Hanoman yang diterbitkan TransMedia Pustaka.

Buku ini tidak hanya menyajikan pengalam mengasyikkan sang penulis, tetapi juga mengajakmu untuk turut merasakan kehebatan para petualang Jalur Sutra dan menimbulkan rasa penasaran saat membacanya.