Ruang kreativitas sebenarnya bisa ditemukan dalam dapur penerbitan buku. Di dapur penerbitan buku, Anda akan menemukan para editor, desainer, lay outer, dan penulis yang sibuk berdiskusi dalam menemukan formula yang pas bagi bukunya.
Ruang kreativitas sebenarnya bisa ditemukan dalam dapur penerbitan buku. Di dapur penerbitan buku, Anda akan menemukan para editor, desainer, lay outer, dan penulis yang sibuk berdiskusi dalam menemukan formula yang pas bagi bukunya. Para pekerja perbukuan ini terus disibukan menggali gagasan untuk menelurkan tema-tema segar dan baru. Ya, inilah industri media dimana Anda akan menemukan banyak hal dan banyak rupa, juga ide-ide yang berseliweran akan terjahit dalam bentuk buku.
Jika mengingat awal sejarah penerbitan, kita tentu akan mengingat mesin cetak pertama buatan Gutenberg yang serba manual. Ya, lewat temuan Gutenberg ini, dialektika perkembangan mesin cetak hingga kini kian canggih. Nah, seiring perkembangan zaman, mesin cetak menjadi media yang cukup ampuh untuk penyebaran informasi. Maka terkait dunia penerbitan, dengan mesin cetak punya peran yang cukup penting dalam penggandaan buku secara cepat dan masif.
Seputar kisah dunia penerbitan dan seluk beluknya, dipaparkan Fuad Izzudin mewakili Kelompok Agromedia pada forum diskusi dan sharing yang digelar oleh kelompok Agromedia. Acara lesehan santai ini diadakan pada 30 Mei 2008 di Sim-Six Resto Garden, Ngesrep, Semarang. Forum diskusi ini yang digelar mulai 19.00 WIB, ada berkat kerjasama Agromedia dengan mahasiswa Himpunan Mahasiswa Arsitektur UNDIP.
Kira limapuluh mahasiswa Universitas Diponegoro dari berbagai jurusan hadir, yaitu dari Fakultas Teknik Asitektur, Fakultas Sastra dan Ilmu Bahasa, dan Fakultas Teknik Kimia. Turut pula mendampingi forum tersebut: Dorothea Rossa, Lukito Adi Maryanto, Valiant Budi Yogi, Dipo Tanudi, dan Yutika dari kelompok Agromedia.
Aneka warna pertanyaan disuguhkan para mahasiswa untuk para pekerja buku. Ternyata tema penerbitan cukup mengundang rasa ingin tahu dan mendapat respon yang positif bagi para mahasiswa. Nah, soal tema fiksi, Valiant–penulis novel Joker– diganjar beragam pertanyaan. Kesempatan sharing dengan seorang penulis terkenal tidak disia-siakan oleh para mahasiswa. Pertanyaan tentang tip menulis novel, cara mengumpulkan ide, dan cara menembus penerbitan dijawab oleh Valiant dengan diselingi banyolan-banyolan yang dapat mencairkan suasana.
Sedangkan Rosa dan Lukito yang duduk di bagian pojok juga tidak henti-hentinya mendapatkan pertanyaan dari para mahasiswa. Para mahasiswa bertanya tentang apa saja tema-tema yang dapat dijadikan sebuah buku dan bagaimana cara menjadi penulis yang baik.
Yutika juga mendapat beberapa pertanyaan terkait buku Griya. Pertanyaan tentang apa tema buku arsitektur yang layak terbit mendominasi pertanyaan mahasiswa terkait buku Griya. Beberapa mahasiswa pun tertarik membukukan tugas-tugas kuliahnya secara berkelompok. Sebagai penutup, Dipo Tanudi merangkum semua informasi terkait penerbitan dan penulisan buku sehingga memudahkan mahasiswa yang terlambat datang dalam memahami tujuan forum.
Diadakannya forum ini di kalangan kampus diharapkan dapat mensosialisasikan dunia buku kepada para mahasiswa. Mahasiswa sebagai generasi penerus yang kritis terhadap laju informasi adalah aset berharga dalam penulisan. Kreativitas dan pemikiran mereka akan semakin mewarnai buku-buku yang akan beredar. Kita tunggu aksi para mahasiswa UNDIP.